Walaupun
saya sudah berusaha mengurangi tulisan tentang gadis cantik dan sudah berikrar
di komentar artikel Kang Dens (salah satu penulis kitaabah.com), tapi stimulus
di lapangan tidak mampu dibendung lagi. Jadi, mohon izin yang setulus-tulusnya
ya Kang dan pembaca yang lain. Ini penting, ini penting, pentiing! J
Beberapa
waktu yang lalu saya mencari obat untuk kakakku tercinta. Saya sudah lama tidak
naik angkot (karena suka naik ojek sendiri), saat itu harus naik angkot karena
tidak hapal jalan menuju sebuah apotek terkenal di Bandung. Jalurnya pabaliut
bin pabeulit (banyak jalurnya).
Awal naik
dari rumah, saya bertemu dengan pemuda yang berambut gondrong. Dikirain dia itu
preman yang garang (kasar), ternyata dia mau kerja dan ngajak saya bareng
karena arahnya sama dengan tujuan saya.
Ketika naik
kedua, saya tanya nama toko apoteknya. Ternyata ia tidak tahu, tapi ia tetap
menenangkan saya bahwa tidak jauh dari jalur angkot tersebut. Angkot masih
tertidur sejenak menunggu lampu merah berganti kuning.
Ketika saya
masih membaca-baca secarik kertas yang isinya alamat apotek tadi, tiba-tiba
seorang ibu cantik yang duduk di depan saya berkata: “Mau ke apotek anu, Mas?
Lebih baik naik angkot yang itu saja!” Ibu tersebut menunjuk angkot kuning di
seberang jalan.
Segera saja
saya minta maaf dan mohon izin ke pak sopir karena salah naik angkot. Ku
tinggalkan angkot merah bersama pemuda gondrong berwajah preman tapi berhati
santri; juga ibu cantik berwajah pejabat, tapi merakyat.
Saya naik
angkot kuning. Tidak lama sudah terjebak macet. Sambil nunggu jalur lancar,
saya nanya ke pak sopir: “Maaf pak, tolong turunkan di belokan menuju apotek
anu di jalan anu!”
Pak sopir:
“Maaf Mas, kalau ke sana naiknya harus dari terminal, bukan angkot ini!” Pak
sopir tak memperdulikan saya yang mulai gundah gulana, bahkan ia tampak santai
membereskan rupiah demi rupiahnya.
Tiba-tiba
seorang bapak (penumpang) di sudut belakang angkot berkata: “Enggak apa-apa
Mas, naik angkot ini juga bisa kok.” Saya tidak panik. Seorang ibu yang duduk
di samping saya juga setengah berbisik dan penuh mimik ketulusan: “Bisa kok
Mas, nanti turun di stopan anu!” Saya manggut-manggut dengan lebih semangat.
Tak diduga,
ada suara merdu dari depan saya memecahkan kebisingan kota yang dipenuhi
raungan knalpot kendaraan butut: “Sama aku saja, Pak! Aku juga lewat sana.”
Ketika
mataku diarahkan ke suara itu, ternyata keluar dari seorang gadis cantik yang
dari tadi sedang asik membaca modul seperti materi kuliah. Hatiku berdebar-debar,
jantung terasa hampir copot, pikiranpun tertegun: “Sungguh hebat orangtua gadis
ini, di tengah kejutekan perkotaan, masih tersisa anak muda yang ramah dan siap
membantu orangtua seperti saya untuk keluar dari kebingungan.” J
Singkat
kata, singkat cerita, saya dan gadis tersebut turun dari angkot kuning tadi
(tapi tanpa bergandengan tangan ya…), dan naik angkot lagi, tapi lupa warna
angkotnya. J Walaupun agak malu-malu saya nanya:
“Mbak mau kuliah ya?”
Gadis
cantik: “Kok tahu?” eh bukan gitu, yang benar: “Iya, Pak.” (sambil tersenyum
melirik ke wajah saya yang berjenggot pirang dan tak luput kaki saya yang
bersandal jepit karena tampak pamer ketawaduan, padahal tidak punya sandal lain
ha…ha…)
Saya:
“Jurusan apa, Mbak?”
Gadis
cantik: “Farmasi”
Saya: (di
dalam hati: pantes dari tadi saya lihat, modulnya mirip Biologi he..he..)
Saya
melanjutkan investigasi: “Di mana kuliahnya, Mbak?”
Gadis
cantik: “Di universitas anu”.
Saya
manggut-manggut saja karena tidak tahu mau nanya apalagi. Mau nanya nomor HP,
takut dipukul. Mau nanya nomor sandal, takut ditendang. Apalagi nanya nomor
rumahnya, takut dipenjarakan. J
Walau tidak
ada nomor kontak satupun, tapi nomor kontak hati sudah ku dapatkan. Walau
alamat rumahnya tidak sempat ditanyakan, tapi alamat ketulusan hatinya sudah ku
temukan. Lebaaaaaaaay!
Yang jelas,
melalui tulisan ini saya ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
(barangkali saja berkunjung ke blog ini atau jadi penulis di kitaabah.com cie
cieeeeeee), terimakasih juga kepada orangtuanya, guru-gurunya, dan
universitasnya yang telah berhasil mendidik si gadis cantik berhati cantik itu.
Semoga Allah
SWT melipat gandakan pahala atas kebaikan Mbak cantik yang belum sempat ku
tanyakan namanya itu. Aamiin!
Ini catatan
buat gadis cantik itu saja, jangan dibaca ya… J
Dari tadi,
semua tempat dan nama disebut dengan “anu”. Tanpa bermaksud promosi, saya
sebutkan saja ya:
Nama apotek:
Toko Obat Pandu
Alamat: Jl.
Jendral Sudirman
Toko obat
tersebut seringkali dikunjungi oleh pasien yang sudah dinyatakan harus operasi
atau sudah dioperasi atau sudah membuat dokter pusing. Salah satu menu
terkenalnya adalah ramuan China.
Memang ada
yang bilang bahwa ada ramuan China yang berbahaya. Tapi ramuan dokter juga ada
yang gagal, bahkan malpraktek. Hiks…hiks
Satu lagi,
mahasiswi itu berkampus di UNIBA Taman Sari Bandung. Nah, bagi yang mau
mencarinya, silahkan! J
Tips bagi
yang mau mencari gadis itu: bawa foto profil saya yang diperbesar plus ditambah
jenggotnya, kemudian bawa tulisan ini! Kalau gadis itu ber-IQ 200, mungkin dia
masih ingat saya. J
Sekian dan
terimakasih. THE END
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
alhamdulillah, geningan papendak deui jeung nu geulis kang, :D wah anak UNISBA, dekat kebun binatang sama ITB itu Kang. ha ha, ya fitrah yang satu itu memang tak mudah mengendalikannya. yang udah nikah saja, masih suka tengok kanan kiri. mantap, ketemu gadis cantik yang baik hatinya, berwajah teduh, pake kacamata dia Kang? :) semoga bertemu lagi deh sama gadis cantik yang baik hatinya lagi yang dengan tulus mau memberi alamat rumah dan no, hp ayahnya, kang :)
ReplyDeleteMemang sungguh menggoda, penggunaan frase gadis cantik itu, antara mata, rasa, promosi artikel, dan dosa. he..he..
DeleteSemoga banyak anak muda yang seperti itu, tidak hanya perempuan, ya Kang!
betul Kang, anak laki-laki juga harus peka dengan kesulitan orang lain, itu juga kan termasuk ibadah dan amal saleh itu, kata ulama akan mengundang pertolongan Allah, sebagaimana Nabi Yunus ditolong Allah keluar dari perut ikan karena selalu bertasbih kepada-Nya :)
Delete