Dari saudaramu nun jauh di sana
Ku
serahkan nyawa ini untuk saudara-saudaraku fakir miskin yang sangat
sering luput dari hatiku. SEANDAINYA CITA-CITAKU TIDAK TERCAPAI DI DUNIA
INI, KAN KU GORESKAN APAPUN YANG ADA DI DALAM BENAKKU agar bisa dibaca
oleh semua orang, terutama untuk saudara-saudaraku mahasiswa yang sudah
lama menderita karena ulah ogoisme dosen, sehingga nasibmu terombang
ambing sejak di bangku kuliah, karirmu tercecer tidak karuan setelah
lulus dari bangku kuliah.
Pada
awalnya, aku mengira bahwa kuliah itu mudah, sehingga aku bisa dengan
cepat ikut membantu para pakar pendidikan untuk membereskan kehidupan
kampus yang semrawut karena tingkah dosen yang ogah-ogahan, tidak peduli
sama mahasiswa, tidak sayang sama mahasiswa, malah senang dipuja,
dipuji, dan dihormati mahasiswa. Mahasiswa tidak ngerti-ngerti materi
kuliahnya, susah untuk menyusun skripsinya, susah menghadapi tugas dan
ujian. Ku ingin itu semuanya tidak terjadi lagi.
Tapi
sayang, sampai saat ini aku masih terjerembab dalam kebodohan. Kuliah
masih memerlukan waktu panjang. Memang, mungkin orang bodoh seperti aku
tidak pantas untuk ikut menata hidup ini, apalagi hidup kampus yang
dijejali para intelektual.
Seandainya
nyawa berpisah dari ragaku sebelum cita-cita untuk melakukan reformasi
kampus, membangun komunikasi dosen yang proaktif kepada mahasiswa, dan
menghilangkan penjajahan dosen terhadap mahasiswanya tercapai, tidak
jadi masalah bagiku, karena aku sangat menyadari kobodohan diriku ini
yang mungkin tidak pantas memikirkan hal sebesar itu.
Aku
bermimpi: mahasiswa kuliah harus seperti orang yang bekerja mencari
nafkah, baik seperti pegawai maupun pengusaha. Lebih sederhananya,
mahasiswa itu belajar harus seperti dosen yang mengajar dan sekaligus
mendapatkan uang. Bukankah dosen mengajar itu berarti belajar? Kenapa
mahasiswa tidak bisa kuliah sekaligus mendapatkan uang? Ini harus jadi
pemikiran serius.
Hilanglah
sudah cita-cita menjadi kampus sebagai hak milik fakir miskin dan
bodoh. Padahal aku ingin melakukannya. Sekali lagi, aku ingin menjadikan
kampus/perguruan tinggi itu bukan hanya menampung orang-orang cerdas,
tapi orang-orang bodoh dan miskin pun harus mendapatkan fasilitas dan
kesempatan belajar di dalamnya, plus tidak perlu bersusah payah
dipusingkan oleh dosen-dosen yang merasa super pintar, dosen yang ingin
mewariskan kesulitan bimbingan skripsi di masa kuliahnya yang sudah
lalu. Seandainya ada dosen yang merasa bahwa ketika kuliah bimbingannya
sangat sulit, maka pangkaslah kesulitan itu, jangan engkau tularkan
kepada mahasiswa bimbinganmu! Apabila dosen merasa ketika kuliahnya
stres mengerjakan tugas-tugas kampus, maka janganlah menularkan
kestresan tersebut kepada mahasiswa-mahasiswamu! Dosen harus inovatif
memperbaiki strategi mengajar, agar kesulitan yang lalu tidak terulang
di waktu yang akan datang.
Kehidupan
di luar kampus itu susah, kenapa kampus tidak memperdulikannya? Kenapa
malahan ikut-ikutan mempersulit manusia yang masuk di dalamnya? Sukses
itu jangan dipersulit, karena sudah jelas sulit. Jangan berdalih
membiarkan mahasiswa bersusah payah dengan dalih pendewasaan, padahal
itu hanya akal-akalan dosen karena tidak mau berusaha mempermudah
mahasiswanya. Masa ia orangtua dapat membantu meringankan beban
kesulitan anaknya untuk mencapai kesuksesan, tapi dosen tidak mau
membantu meringankan beban kesulitan mahasiswanya? Kenapa? Kenapa?
Kenapa?
Apakah
ORANG BODOH SEPERTI AKU tidak LAYAK MENATA KAMPUS AGAR MENARUH
PERHATIAN BAIK, RAMAH, DAN SUKA MENOLONG TERHADAP MAHASISWA-MAHASISWA
YANG KEBINGUNGAN ATAS KEBODOHANNYA SENDIRI? Kasihan……!
Semoga kutipan rintihan di atas menjadi renungan kita bersama!
[Arsip 25/3/2012]
[Arsip 25/3/2012]
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment