Walau
dikenal orang ada istilah Sabtu kelabu, namun Sabtu ini hari yang penuh
keceriaan. Kami, mahasiswa sejurusan akan jalan-jalan ke pantai yang dikenal
berombak besar dan pemandangan yang membuat pengunjungnya tidak mau pulang
setelah menikmatinya.
Kami pun
sampai di pantai tujuan. Semua mahasiswa membuat kreasi masing-masing, sepak
bola, jalan-jalan, bermain ombak, dan lain-lain. Aku hanya memperhatikan
mereka, sekaligus mengawasi agar mereka terhindar dari hal-hal yang tidak
diinginkan seperti gertakan deburan ombak yang kadang-kadang merenggut teman
mainnya.
Ku
perhatikan dari pinggir pantai. Mereka asik bermain bersama-sama. Aku juga tak
ingin kalah, meskipun tak biasa main seperti ini, sesekali ku tendang bola yang
menghampiriku, yang mungkin sengaja ditendang teman-teman ke arahku untuk
menggodaku yang masih kebingungan dengan suasana pantai.
Teman-teman
di kelas memanggilku kutu buku, tapi mereka tetap baik. Mereka malah
menyayangiku, mungkin karena aku sering minta maaf atas sikapku yang kurang
gaul. Sebagai permintaan maaf, seringkali aku berbagi belajar bahasa Inggris
dengan mereka yang sangat kesulitan. Hasilnya, mereka bisa memaklumiku, dengan
kadang-kadang menggodaku untuk sedikit menyukai jalan-jalan.
Ku tendang
bola ke arah teman-teman. “Mas, di sana duduknya biar ada teman!” kata mereka.
Ku lihat arah telunjuk mereka, ternyata ada seorang mahasiswi yang sedang
duduk-duduk sambil sekali-kali dihampiri mahasiswi lain yang menggodanya untuk
ikut bermain.
Tempatku
berdiri semakin panas, tak ada teman lagi, karena teman-temanku semakin asik
bermain bola. Akupun menghampiri mahasiswi itu. Namanya Reni, mahasiswi
Semester 1, sementara aku Semester 3.
Sebenarnya
aku sudah agak banyak tahu tentang dia, seorang mahasiswa yang sangat cerdas,
baik, dan sangat ramah. Aku mengenalnya ketika mengadakan diskusi organisasi
kampus, ia termasuk peserta yang sangat aktif. Bahkan sekali-kali akupun
kewalahan menjawab pertanyaannya. Hmmm memang jenius…!
“Enggak ikut
main, de?” Aku memberanikan diri bertanya. “Enggak, kak. Sedang menikmati angin
pantai dulu mungpung belum terlalu panas.”
Tiba-tiba
teman mahasiswi lainnya bilang: “Nitip ya Kak! Kami main dulu.” Mereka agak
menjauh dari Reni dan semakin asik dengan permainannya. Ku lihat Reni sedang
asik memandangi pantai sambil sesekali menggambar dengan goresan-goresan di
atas butiran pasir pantai putih.
Aku: “Boleh
aku duduk di sini?”
Reni:
“Silahkan, Kak!” Dia menatapku sejenak sambil tersenyum.
Aku: “Suka
menggambar juga nih?”
Reni: “Ah
enggak, ini hanya coretan-coretan jelek saja. Aku lebih suka menulis.
Kadang-kadang membaca tulisan Kakak juga.”
Aku:
“Tulisan aku?” Aku masih bingung karena belum pernah memberikan tulisanku ke
dia, mengirim buku ke penerbit pun belum pernah.
Reni: “Iya,
itu tulisan Kakak yang ada di blog. Aku suka banget, Kak!” Dia berkata tampak
sangat tulus dengan senyumannya yang sangat khas menghiasi kerudung putihnya
yang melambai-lambai tertiup angin pantai yang semakin kencang.
Aku pun baru
sadar kalau tulisanku banyak tersebar di blog. Kami pun ngobrol ditemani
deburan ombak yang semakin besar. Gulungan ombak yang memancarkan kegaduhan,
membuat kami lupa waktu karena ngobrol berbagai topik, dari serius sampai
biasa, dari guyonan sampai merembet ke masalah asmara.
Walau dia
tampak malu-malu ketika bicara cinta, tapi tampaknya ia sedang curhat kepadaku,
sambil sekali-kali ditimpali guyonan khas mahasiswi cerdas. Aku pun
menyambutnya, karena sebenarnya sejak pandangan pertama, hatiku sudah tunduk di
mata hatinya.
Tiba-tiba
dia memandangku sekilas meskipun masih dengan wajah malu-malu. “Maaf ya Kak!
Aku malah curhat.” Wajahnya memerah, yang membuat wajah putihnya tampak semakin
cantik.
Aku: “Enggak
perlu minta maaf, de. Aku malah senang bisa mendengarkan hatimu. Rasanya ada
yang mengisi kekosongan hatiku.” Aku mulai menggombal sambil tertawa. Dia pun
tertawa kecil.
Reni:
“Terimakasih ya Kak. Terimakasih bangeeet…!”
Aku:
“Terimakasih untuk apanya De? Biasa-biasa saja kali. Aku pun butuh teman
seperti Ade. Asik dan menyenangkan deh.”
Reni hanya
membalas dengan senyuman sambil merapikan kerudung putihnya. Sementara aku
merasa nyaman di sampingnya.
“Sudah
doooong dua-duaannya…!!!” Tiba-tiba teman-teman mengejutkan kami berdua, yang
dari tadi asik bermain di depan kami. Kami pun sedikit terperanjat sambil
senyum-senyum malu.
Aku bilang:
“De, terimakasih ya. Aku titip hatiku di hatimu aja ya, hingga janur kuning melambai-lambai..!”
Aku agak ketawa-ketawa kecil takut Reni marah.
Reni:
“Gombal…!” Sambil mengangguk dan melempar senyum kecil memberikan sinyal cinta
dari seorang gadis agamis.
Duuuuh,
Reni, Reni…. Senyumanmu kan ku ukir selalu dalam ikatan yang Tuhan perintahkan.
J
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
mantap fiksinya nih. lanjut Kang :S
ReplyDelete