Sebagian
blogger menyarankan agar suatu blog mendapatkan pengunjung blog yang banyak,
maka kita harus menyisipkan internal link dengan anchor text. Misalnya ada
tulisan “Cara mendapatkan uang dari blog”. Nah di dalam kalimat tersebut ada
link ke artikel lain yang masih berada dalam blog tersebut.
Sekilas,
Internal Link itu mirip dengan Artikel
Terkait. Tapi artikel terkait biasanya berubah-ubah apabila kita
mempublikasikan artikel baru. Sedangkan internal link yang dimaksud di atas
bersifat statis, selalu ada selama kita tidak menghapusnya.
Memang cara
penyisipan internal link di atas sangat logis dapat mendatangkan banyak
pengunjung blog. Akan tetapi, saya masih merasa kerepotan untuk mempraktekkannya
dengan ada pertanyaan kecil “Bagaimana kalau ada link tujuan yang dihapus?
Berarti kita harus mengedit internal link tersebut agar tidak broken link?
Salah satu
artikel menyarankan satu internal link sudah cukup. Tapi ada juga yang
menyarankan 3 internal link. Berarti kita harus mengedit 3 internal link untuk
satu artikel ketika terjadi broken link.
Akan tetapi,
kalau kita sudah menjamin tidak akan menghapus artikel yang dijadikan
target/tujuan internal link, memang tidak akan jadi masalah.
Pengeditan
internal link ketika terjadi broken link bukanlah satu-satunya kelemahan
penyisipan internal link, tapi ada juga blogger yang menyarankan bahwa dalam
satu blog sebaiknya tidak memiliki lebih dari 100 internal link. Kalau begini,
cukup merepotkan juga, bukan?
Jadi, saya
masih belum menyisipkan internal link, kecuali untuk beberapa artikel saja yang
tidak tahu berapa internal link sampai saat ini karena belum mengeceknya. Anda?
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment