Masa remaja memang masa keceriaan.
Semua kreasi ingin dibuat, semua impian ingin diwujudkan dengan segera. Tak
bisa sastra, tulisan biasapun dibuat-buat indah. Walau tidak jadi syair, paling
tidak ada bumbu yang tertanam dalam untaian kata.
Aku bukan pembuat puisi, tapi sebelum
masuk sekolah pernah suka puisi. Aku bukan penyair, tapi aku seringkali
menikmati kata-kata yang indah. Tak peduli apakah itu syair, puisi, ataukah
sajak? Aku tak terlalu peduli membedakan definisinya, cukup menikmatinya saja.
Waktu istirahatpun tiba, teman-temanku
di SMA pun berhamburan keluar kelas. Namun aku tetap duduk di kursi karena
sudah terbiasa mengisi istirahat di dalam kelas sambil ngobrol, baca buku,
ataupun nulis-nulis.
Hari itu ku tuliskan gambaran
hatiku. Tulisan jelek tidak menghentikan untaian kata hingga dua lembar
hasilnya. Ku baca berulang-ulang, sebuah mutiara kata yang memancarkan sinar
cinta di balik keseriusan buku-buku sekolah.
Aku tak peduli tulisan itu apa
hasilnya. Tak satupun orang yang akan dijadikan pembacanya, selain aku sendiri.
Duduk termenung sambil memperhatikan kertas itu. Tiba-tiba, lonceng berbunyi,
aku terkejut karena setengah melamun, kertaspun terjatuh di lantai.
“Ku Ambil ya….?” Kata teman
perempuanku sambil tersenyum. Namanya Siti. Dia tampak membacanya tersenyum.
“Buat aku ya…!” katanya. Seperti biasa, aku hanya mengangguk dan tersenyum
kembali. Suara ‘ya’ pun mungkin tak ada suaranya. Maklumlah, aku merasa
terhipnotis kalau ketemu dia!!!
Esok harinya, kami seperti biasa
riang gembira masuk kelas. Tapi, Siti langsung menghampiriku sambil senyum
malu-malu. “Ini ada sesuatu buat kamu, tapi dibukanya di rumah ya!” Katanya.
Tiba di rumah, aku segera
membukanya. “Penasaran, apa isinya, jangan-jangan bom kali!” Aku bergurau
sendiri. Ku sobek bungkusnya. Ternyata sebuah buku diary yang indah.
Sejujurnya, aku belum pernah punya
buku diary sebelumnya. Semua tulisan hanya ditulis di kertas selembar, dan berakhir
di ujung api. “Wuiiih, bagus sekali buku ini!” Ada pesan singkat lagi: “Selamat
menulis yang indah ya….!”
Duuuh, tiba-tiba saja wajahnya
muncul di buku diary itu. Aku pun bergumam: “Nanti kan ku tuliskan syair
untukmu. Syair remaja yang penuh cinta, namun tetap dalam norma. Kata-kata
pujangga tentang gelora asmara, namun tetap menjaga agama.” Memangnya ada? J
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment