Setelah
membaca beberapa artikel di blog Mas Afrid, saya mendapatkan gambaran tentang
Bitcoin sebagai ‘calon mata uang dunia’. Apalagi setelah membaca Kompas online,
ternyata Bitcoin sudah menjadi topik diskusi hangat di Indonesia.
Intinya,
apakah Indonesia akan mengakui Bitcoin sebagai alat pembayaran eletronik yang
sah? Hal ini masih dalam tahap diskusi karena UU di Indonesia hanya membolehkan
satu mata uang, yaitu Rupiah.
Dari
Bitcoin, saya mendapatkan inspirasi tentang pentingnya satu media untuk dunia.
Artinya, ada harapan Bitcoin bisa jadi alat pembayaran yang sah di semua
negara.
Saya melihat
Bitcoin itu seperti peran bahasa Inggris. Betapa hebatnya bahasa ini, sehingga
dapat mempersatukan sebagian besar penduduk di dunia, dari berbagai negara yang
memiliki bahasa nasional yang berbeda-beda.
Tidak hanya
itu, kehadiran Google yang menyajikan search engine raksasa dan adanya
fasilitas Blogspot gratis, menunjukkan bahwa kalau bekerja dalam tim besar,
maka hasilnya besar pula.
Entah berapa
juta jumlah blogger pengguna sub domain blogspot (Mungkin sahabat-sahabat ada
yang tahu). Dengan program blogging gratis, ditambah sumber penghasilan dari
Google Adsense, menambah Google semakin hari semakin meraksasa saja. Padahal
tidak sedikit publisher Adsense yang kecewa karena kehilangan pendapatan
Adsense-nya dengan alasan yang belum dipahami mereka. Akan tetapi, Adsense
masih menjadi primadona sumber penghasilan blog untuk banyak blogger di dunia.
Jadi,
apabila ada sebuah blog yang menampung banyak tulisan dari para penulis lepas
dengan pembagian keuntungan yang adil, maka bukan tidak mungkin blog tersebut
akan menjadi raksasa juga. Penulis tidak perlu memikirkan iklan dan optimasi
blog, melainkan cukup konsentrasi ke pembuatan artikel saja. Terkait hal ini,
saya teringat begitu besarnya Wikipedia. Sayang, saya belum mendengar Wikipedia
membayar para penulisnya karena berdiri secara non-komersil.
Beberapa
blog berbahasa Inggris mencoba tampil menyatukan para penulis lepas di dunia
ini. Namun entah kenapa booming-nya belum sehebat Wikipedia. Apakah karena
Wikipedia itu multi bahasa?
Akan tetapi,
saya menduga blog dengan bahasa Inggris saja juga bisa tampil bak raksasa search
engine Google apabila menggunakan manajemen yang tepat. Namun tantangannya
adalah manajemen seperti apakah itu?
Untuk
sementara, saya menyebutnya harus ada gaya manajemen blog komunitas, bukan gaya
perusahaan pada umumnya. Kita tahu, kalau perusahaan itu sudah mampu membayar
karyawannya dalam jumlah tertentu, maka sisanya pendapatan akan masuk ke
perusahaan. Bahkan lebih besar uang yang masuk ke perusahaan itu akan lebih
bagus.
Akan tetapi,
kalau menggunakan ‘gaya komunitas’, pemilik blog tidak boleh menampung
keuntungan sendiri. Misal, anggaran untuk membayar penulis sudah terpenuhi
Rp1juta dan kebutuhan pemilik blog Rp100ribu, sementara uang yang tersisa di
kas blog Rp500ribu lagi, maka uang Rp500ribu tidak boleh masuk ke keuntungan
perusahaan, tapi harus diberikan kepada para penulis.
Lalu,
penulis mana yang diberi bagian dari Rp500ribu tersebut?
Kalau
pendapatan penulis yang sudah dibayar dari Rp1juta belum cukup sejahtera, maka
jadikan uang tersebut sebagai bonus tambahan. Akan tetapi, kalau penulis yang
ada sudah cukup sejahtera, maka uang tersebut dianggarkan untuk membayar para
penulis baru.
Konsekuensinya,
pemilik blog tidak akan kaya. Akan tetapi, blog akan jadi raksasa. Kalau
begitu, blog seperti itu mungkin terwujud enggak ya? J
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment