Isu pemilu 2014 sudah semakin ramai.
Tidak hanya aktivis partai politik, MUI pun tampak ingin ikut mensukseskan
pemilu, antara lain mengajak warga untuk tidak Golput. Apakah MUI mengeluarkan
fatwa haram Golput juga?
Kalau sampai fatwa, saya masih
mencari referensinya. Tapi MUI sudah menyarankan ormas keagamaan untuk tidak
melakukan boikot untuk Golput demi memilih pemimpin terbaik bangsa ini.
KPU sendiri memperkirakan angka
Golput tahun 2014 akan lebih rendah dari tahun sebelumnya.
Pertanyaannya: “Kenapa masih ada
juga orang Golput atau tidak ikut memilih?”
Sebenarnya Golput itu memilih juga.
Lebih tepatnya, Golput itu merupakan salah satu bentuk protes masyarakat atas
ketidak-seriusannya negara menyuguhkan calon pemimpin bangsa ini.
“Kalau hanya calon yang ambisius
untuk kepentingan dirinya sendiri, kenapa saya harus ikut memilih, lebih baik
nyari sesuap nasi saja?” Mungkin itu yang terbersit di benak sebagian
masyarakat yang Golput.
Tiba-tiba muncul juga pendapat yang
anti-Golput: “Kenapa sih mesti Golput, kaya enggak punya pendirian saja, kan
Pemilu itu untuk masa depan kita juga?”
He..he..saya juga kadang-kadang
memikirkan kedua pernyataan di atas. Dan sampai sekarang belum bisa membenarkan
salah satunya, karena calon pemimpin yang ada tampaknya enggak kenal tuh?
Apakah mereka benar-benar ingin memimpin bangsa ini, atau ingin menikmati
kekuasaannya?
Saya sendiri belum bisa menyalahkan
kepada orang Golput karena sebenarnya masyarakat yang berbondong-bondong
memilih juga, mereka belum tentu paham dan kenal siapa yang dipilihnya. Mereka
hanya memilih karena ikut ramai atau takut dikucilkan oleh masyarakat sekitar.
Apakah ini yang diharapkan dari PEMILU?
Saya menduga bahwa harapan PEMILU
itu masyarakat memilih calon pemimpinnnya dengan paham.
Memang saya sendiri bisa mengatakan
bahwa Golput itu berbahaya di saat calon pemimpin kita salah satunya ada yang
terlarang, misal calon presiden dari kolonial, calon presiden dari partai
terlarang, calon presiden dari golongan penghancur bangsa, dan sejenisnya.
Kalau calon pemimpin yang gitu-gitu
saja (enggak pro rakyat, mengutamakan karir politiknya, keluarganya, sogok
sana-sini, korupsi ini-itu), saya masih belum bisa menyalahkan orang Golput.
Harusnya Golput itu dihitung dan
hasilnya dijadikan masukan kepada KPU khususnya dalam membenahi calon-calon
pemimpin bangsa ini. Bukan menyalahkan orang Golput. J
Sumber:
pemilu.okezone.com/read/2014/02/13/568/940493/dulu-yang-menyerukan-golput-sekarang-menyerukan-memilih
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment