Prodi Sistem Informasi | Belajar HTML dan PHP | Skripsi SI
Pesantren Katabah
1000 Penghafal Quran
Pengobatan Ruqyah Mandiri
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Blog | Kontak | Siap Kerja | Sertifikat | PrivacyPolicy | Inggris Arab | Daftar Isi

Sunday, February 2, 2014

Untung Ruginya Mengganti Bahasa Internasional Inggris-Mandarin

Setelah lama sekali dunia menganggukkan kepalanya yang secara tidak langsung mengaku tunduk pada kekuasaan bahasa Inggris sebagai bahasa nomor satu yang paling penting di dunia, sekarang mulai bergeser isu bahwa saatnya belajar Mandarin karena China akan menjadi negara super power dunia.


Awalnya, saya juga setuju bahwa saat ini kita harus sudah bersiap-siap belajar bahasa Mandarin. Akan tetapi, setelah beberapa kali membuka buku dasar-dasar bahasa Mandarin dan kamusnya, ternyata ada kesulitan tersendiri. Langsung terpikir: bagaimana nasibnya kalau benar-benar bahasa Inggris kalah pamor oleh bahasa Mandarin (bahasa China)?

Muncul juga pertanyaan, apakah setiap berganti negara adidaya harus berganti bahasa internasional juga? Tapi rasanya tidak terlalu banyak mendengar bahasa Rusia sesanter bahasa Inggris, padahal Rusia pernah digjaya dengan nama Uni Sovyet.

Tulisan ini jadi pengingat khusus untuk orang seperti saya yang sangat keterbatasan dalam IQ agar sadar dan tenang, tidak terburu-buru ganti-ganti bahasa asing baru karena bisa jadi bahasa Inggris belum dikuasai, bahasa Mandarin pun mandek. Buah pemikiran pun tidak ada yang terarsipkan.

Apakah saya anti Mandarin?
Tidak juga. Justru saya awalnya memiliki keinginan besar untuk mempelajari bahasa asing yang satu ini. Tapi sekarang merasakan akibatnya dari belajar setengah-setengah, itu enggak paham, ini enggak paham, selain tampil narsis menjadi paling pintar di antara teman-teman yang bengong karena sama sekali belum belajar, padahal saya sendiri baru hapal sekitar 5 kosakata saja.

Saya bukan orang bahasa, tapi saya cukup mencintai bahasa. Ini kira-kira yang terbersit tentang keuntungan dan kerugian apabila bahasa Inggris diganti oleh bahasa Mandarin dari perannya sebagai bahasa nomor satu dunia?

Keuntungan:
1. Mungkin saja orang-orang akan semakin cerdas karena bahasa Mandarin relatif lebih sulit, terutama dalam reading.
2. Negara China akan diuntungkan karena perhatian dunia akan tertuju ke negara tersebut.
3. Kekuatan dunia, berputar lagi ke Asia setelah lama berkeliling Eropa dan Amerika.
4. Dll.

Kerugian:
1. Akan banyak lagi orang yang kesulitan berkarya besar karena harus belajar bahasa asing baru lagi. Kita bayangkan, bahasa Inggris saja masih membuat sebagian orang Indonesia pusing, sekarang dikasih lagi yang baru.
2. Apabila kekuatan terpusat ke China, apakah China akan membuka diri untuk dunia? Saya masih belum begitu paham antara iklim budaya China yang terdengarnya tertutup dengan iklim barat yang terbuka.
3. Dunia Internet juga akan banyak mengalami kegalauan karena bahasanya berubah. Padahal masih banyak yang menggunakan Google Translate untuk memahami teks berbahasa Inggris, termasuk saya.
4. Dll.

Jadi, apakah anda mendukung perubahan bahasa Internasional? Bahkan ada yang berharap bahasa Indonesia jadi bahasa Internasional segala. Kalau bicara nasionalisme, saya sangat setuju bahasa Indonesia menjadi bahasa Internasional sebagai tanda kemajuan suatu bangsa. Akan tetapi, kalau bicara internasionalisme, cukup bahasa Inggris saja yang nomor satu.

Apakah saya terlalu Inggrisisme?
Tidak, saya sendiri agak lama bercita-cita menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa nomor satu dunia lagi. Akan tetapi, sekarang cita-cita itu sudah mulai pudar berganti menjadi “bahasa Arab harus menjadi konten pembahasan untuk menguak alam sebenarnya dengan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya.”

Terakhir, mari kita rasakan ketika belajar istilah-istilah ini:
1. Bagi dunia Biologi, kita ingat kata-kata yang berujung “ceae-ceae” gitu. Kalau enggak salah itu bahasa Yunani. Cukup sesak juga mengingat istilah itu ketika dulu saya di SLTA.
2. Bagi dunia hukum, sebagai orang Indonesia banyak yang menyatakan bahwa istilah hukum Indonesia masih banyak menggunakan bahasa Belanda. Berapa istilah Belanda kah yang kita kuasai?

Saya teringat ketika bicara dengan salah satu tokoh warga yang membodohi dan meresahkan warganya dengan istilah-istilah hukum dalam bahasa Belanda, kemudian saya bilang: “Pak, warga enggak ngerti bahasa gituan, tolong menggunakan bahasa yang bisa dipahami masyarakat?”

Kemudian tim dia tampak merasa semakin hebat dengan membeberkan dokumen tertulis untuk menambah kepercayaan masyarakat.

Kemudian saya bilang: “Meskipun saya bukan orang hukum, tapi saya bisa kok membuat dokumen yang anda sodorkan ke kami barusan.”

Barulah mereka mulai gelagapan.

3. Bagi dunia Islam, saya teringat banyak orang Islam merinding ketika berhadapan dengan kitab kuning, sebuah buku berbahasa Arab tanpa tanda baca a,i,u.

Tiga hal di atas menjadi pengalaman berharga yang membuat saya jadi kurang mendukung berganti-ganti bahasa dunia karena lemahnya pemahaman bahasa internasional akan berimbas juga pada kesejahteraan sosial.

Tapi, semuanya juga pilihan. Anda mau pilih bahasa mana? Tidak ada yang melarang. :)

"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi

No comments:

Post a Comment