“Tampil beda”,
inilah yang membuat benak saya seringkali merenung. Sebenarnya, frase ini
pernah diungkapkan oleh seorang dosenku tercinta Bapak pengampu matakuliah
Pengenalan Organisasi. Beliau mengisahkan kisah singkatnya di masa muda yang
harus kuliah dengan berjalan kaki cukup jauh, tapi saat beliau bercerita sudah
menjadi dosen saya dan teman-teman, yang mana beliau mengajar juga di perguruan
tinggi lain.
Berbekal
dari beliau, sampai sekarang saya masih suka merenungkan untuk “berani tampil
beda”, tentunya hal ini dilakukan selama berada dalam batas-batas yang
diperbolekan. Saya seringkali dianggap keluarga terlalu tidak peduli dalam hal
penampilan. Alasanku bukan hanya “Inilah aku”, tapi untuk melakukan reformasi
kebiasaan kurang baik di masyarakat, saya harus melakukan reformasi diri
walaupun kadang-kadang terasa berat juga.
Kembali pada
judul di atas, masih berpijak pada frase “tampil beda”, saya memperhatikan ada
seorang petani yang ada di sekitar rumah, kira-kira jaraknya kurang dari 100
meter dari rumah saya (terhalang satu petak sawah). Sehingga setiap saat saya
ke belakang rumah, tanah milik petani tersebut bisa terlihat jelas.
Apa yang
aneh?
Ternyata
beliau berani tampil beda juga, dan hasilnya memang tampaknya lebih bagus juga.
Pada dasarnya, beliau adalah petani padi. Jadi pada saat-saat tertentu (saya
belum ingat kapan masanya/bulan apa), beliau menanam padi di tanahnya itu.
Memang sih, lahan tersebut tidak terlalu besar kira-kira sebesar sawah/kolam
besar (tidak lebih dari 100 meter persegi). Tapi hebatnya, di saat orang lain
mengosongkan sawahnya setelah masa panen, petani yang satu ini mengisi lahannya
untuk bercocok tanam palawija seperti cabai, burkol (mirip kol), kacang, dan
sejenisnya. Selama kurang lebih 5 tahun saya tinggal di daerah itu, kegiatan si
Bapak yang kreatif it uterus berulang dari tahun ke tahun.
Pendek kata,
Si Bapak Kreatif ini sudah dipastikan akan mendapatkan uang dari hasil panen
padi dan palawija. Bahkan hebatnya, beliau sempat juga berbagi gratis hasil
panen kepada tetangganya (termasuk aku….mantaaaaap…dapet gratisan nih). Hal
yang paling baru yang membuat saya terperanjat adalah beliau menjual langsung
ke seorang pedagang sayuran di pasar tradisional. Langkah yang zitu sekali,
lagi-lagi Si Bapak memperoleh keuntungan yang relatif stabil dar pedagang
sayuran itu. Kenapa? Karena pedagang itu dikenal jujur, sehingga sudah punya
banyak pelanggan setia. Dengan kata lain, jarang sekali sayurannya tidak laku.
Sang Petani
Kreatif ini, telusur demi telurus, sidik demi sidik, ternyata beliau seorang
pegawai di KUD daerah kami (maklum saya penduduk pendatang). Jadi, kemungkinan
besar beliau mengolah lahan multi pendapatan tadi hanya menggunakan waktu sisa,
sepulang dari kantor atau hari libur, minimal Sabtu dan Minggu. Pantas saja,
menjelang magrib, biasanya beliau barus berkemas untuk pulang.
Sungguh
beliau teladan yang baik, yang bisa memberikan inspirasi saya walaupun dalam
dunia berbeda. Beliau dalam pertanian lahan sawah, saya dalam pertanian lahan
blog, mirip bukan?
Semoga
bermanfaat!
[Arsip 2012]
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment