“Permisi, Mas. Boleh masuk?” Kata Reni. “Ya,
silahkan, masuk saja!” Setelah berdiri di dekat mejaku, Reni bicara lagi: “Ini
Mas, sekretaris baru yang dapat membantu aktivitas Mas di sini. Namanya Mbak Rina.”
Setelah mendengarkan penjelasan Reni, mata
saya tertuju ke Rina, sekretaris baru. “Ya, ampuuuun. Enggak salah nih?
Jangan-jangan mimpi nih.” Aku nyubit tangan kiri sedikit, untuk memastikan
bukan mimpi. Ternyata sakit. “Oh, ini benar-benar terjadi.” Hatiku terus bicara
sendirian.
“Mas!!!” Suara Reni mengagetkanku yang
bengong dari tadi. “Mbak Rina ini saudara Pak Direktur juga, Mas.” Wajah Reni
agak malu-malu karena sudah agak lama tahu siapa aku, seorang atasannya yang
tidak terlalu peduli dengan penampilan, cenderung mendukung perempuan
berpakaian tertutup.
Namun kini, di hadapanku jauh dari prediksi
sebelumnya. Seorang bidadari cantik sekali, memiliki senyuman sangat manis,
sangat rapih, namun….
Itu dia bajunya… bagian atasnya terlalu
ketat, yang membuat wajahku tak berani menatap lurus ke depan. Ku tundukkan
kepala seperti mau melihat arsip di meja, eh… terlihat roknya terlalu jauh di
atas lutut. “Waduuuuuh….! Harus menatap ke mana aku? Masa terus-terusan menatap
wajahnya, kan itu kedipan matanya membuat jantungku enggak karuan.” Hatiku
belum berhenti bicara.
“Oh, terimakasih ya Mbak Reni.” “Sama-sama,
Mas. Mari!” Reni pamitan keluar ruangan. “Silahkan duduk Mbak Rina!”
“Terimakasih Pak”, kata Rina. Rupanya dia masih enggak berani memanggilku Mas.
Padahal hampir semua bawahan di kantor ini suka memanggilku Mas Komar agar
tidak terlalu ada jarak antara atasan dan bawahan.
“Maaf, apa yang bisa saya bantu Pak?” Rina
tampaknya sudah mulai siap bekerja. Ia sudah duduk lebih nyaman di kursinya.
Mendengar suaranya yang mendayu-dayu, saya
semakin gelagapan. “Duh, kenapa sih jadi dag-dig-dug begini. Kan aku ini
atasannya. Jangan-jangan aku terjatuh dalam pandangan pertama. Tapi enggak
kebayang, Emak di kampung nangisnya melihat calon menantu kaya Rina. Ah Enggak
ah, jangan kepikiran jauh gitu. Kan ini urusan kerja kantor.” Aku terus menata
hati agar bisa berjalan dengan baik.
“Oooh, agar lebih akrab, panggil saja saya
Mas Komar ya… Biasanya saya agak kesulitan mengatur jadwal pertemuan, seminar,
dan merapihkan slide seminar agar tidak terlalu sederhana. Kerjaan lainnya,
nanti saja dibicarakan lagi sambil berjalan. Apalagi Mbak Rina kan baru hari
pertama bergabung. Sekarang silahkan melihat-lihat dokumen ini sambil santai,
sambil sesekali ngobrol juga boleh deh. He..he..”
“Baik, Pak! Eh Mas….” Rina tersenyum dengan
lesung pipitnya.
Kok, dadaku dag-dig-dug lagi. “Apakah ini
jodohku? Ah enggak mungkin. Ini ibarat langit dan bumi. Kata Emak, nyari jodoh
itu harus yang cantik, minimal cantik agamanya. Lha ini, membuat mataku
terpenjara!” Bisikan hatiku membuatku nyengir sedikit sambil mendekat ke laptop
agar tidak kelihatan sekretaris seksiku.
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
hahaha, mantap, humor tingkat tinggi, bikin ketawa ga henti henti hahaha
ReplyDelete