Di suatu kampung, Si Kabayan dikenal
sebagai orang yang miskin, sementara tetangganya cukup kaya. Sang tetangga kaya
ingin mengadakan hajatan pernikahan. Semua tetangganya diundang, kecuali Si
Kabayan.
Pada hari ‘H’, acara resepsi
pernikahan dimulai, para tamu pun sudah ramai. Tiba-tiba Si Kabayan tanpa
mengenakan baju atasan, ia mengunjungi rumah tetangga pemilik hajat tersebut,
kemudian mengukur-ukur rumahnya dengan tangan (Sunda: Dideupaan).
Para tamu merasa aneh, dan mulai
berkumpul dan berisik karena saling bertanya melihat kelakukan Si Kabayan: “Siapa
ya? Kenapa ya? Kenapa tidak pakai baju segala?” Kira-kira seperti itu kata-kata
yang terlontar di para tamu undangan.
Sang pribumi pun keluar dan melihat
kelakukan Si Kabayan yang aneh. “Sedang apa Kabayan di sini? Enggak pakai baju
lagi, malu!!! Kaya anak-anak saja?”
Sambil terus ngadeupaan
rumah, Si Kabayan menjawab: “Kalau bukan anak-anak, tidak mungkin saya tak
diundang.”
Pipi sang pribumi pun langsung
memerah, malu sama tamu undangannya. Dia langsung ngeles ke Si Kabayan: “Ah,
dia mah suka lupa, kan kemarin paling dulu diundang. Sana pulang, ganti baju,
ajak isteri kamu ke sini!”
Kabayan pun langsung saja pulang
dengan nada girang dan segera menghadiri undangan tetangganya bersama isteri
tercinta, Nyi Iteung.
He..he.. Kabayan-kabayan…. Ini lebih
nikmat dibaca dalam cerita aslinya, namun dalam bahasa Sunda.
Diceritakan kembali dari:
bujanggamanik.wordpress.com/category/carita-si-kabayan
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
wah menarik sekali mas cerita si kabayan ini, luar biasa cerita rakyat betawi ini ;)wah menarik sekali mas cerita si kabayan ini, luar biasa cerita rakyat betawi atau sunda ini ;)
ReplyDelete