Dari hasil obrolan, Golput itu istilah yang digunakan untuk
orang-orang yang tidak ikut nyoblos memberikan suara dalam PEMILU. Dengan
semangatnya memberantas Golput, MUI saja tampak merasa perlu untuk berfatwa
yang menyerempet ke label haram. Begitu juga para ‘aktivis Pemilu’, mereka
rasanya ingin memberikan pemahaman bahwa Golput itu sangat rugi. Benarkah?
Untuk menghindari Golput di Pemilihan Legislatif (Pileg)
bulan April ini, saya mencoba agak rajin membaca dan mendengar pendapat orang
lain, baik orang yang kenal maupun orang yang kenalnya hanya di dunia maya.
Hasilnya, ada yang blak-blakan akan Golput, ada juga yang
samar-samar. Salah satu contohnya, blogger pemiliki rahard.wordpress.com,
terakhir saya kunjungan, beliau masih kemungkinan Golput karena tidak memiliki
Calon Legislatif (Caleg) yang pas.
Kemudian saya mengecek opini masyarakat secara lisan,
ternyata mereka yang rencana ikut nyoblos juga masih tidak mengenal Calegnya.
Lalu, kenapa mereka masih nyoblos ya…? Salah satu jawabannya, takut dikucilkan
warga sekitar, bahkan mereka akan merasa malu ketika petugas KPU setempat
menjemputnya. Hiks…hiks…
Kira-kira begini bahasanya:
“Yang penting datang ke tempat penyoblosan. Kalau sudah
nyoblos, mau nyoblos atau tidak, tidak masalah.” he….he…
Adalagi pendapat seperti ini:
“Saya akan nyoblos semuanya agar suaranya tidak syah. Kalau
saya tidak nyoblos, nanti khawatir surat suara dicoblos oleh oknum panitia
penyelenggara pemilu.” Hiks…hiks…
Satu lagi:
“Saya tidak akan datang, baik dijemput atau tidak. Biarkan
orang lain tahu bahwa saya Golput, agar saya mendapatkan masukkan untuk pemilu
yang akan datang. Kan Golput sebagai bentuk protes terhadap sistem Pemilu yang
ada. Habis, dibuat rumit sih. Masa seorang dosen saja tidak mengenal Calegnya,
bagaimana para buruh kasar yang tak pernah menyentuh koran, berita TV, dan
obrolan politik tetangga?” Wkwkwkwk
Nah, itu hanya tiga reaksi orang terhadap Pemilu saat ini.
Lalu, apa yang dimaksud Golput terselubung?
Dengan memperhatikan komentar warga di atas, saya
mengkategorikan Golput itu ada 2 jenis:
1.
Golput Terselubung
Cirinya:
Nyoblos semua
Datang ke kamar pencoblosan, tapi tidak nyoblos satupun
Nyoblos satu caleg, tapi tidak mengenalnya.
2.
Golput Terangterangan
Cirinya:
Tidak nyoblos dan tidak hadir ke tempat pemungutan suara
Ada juga yang mengumumkan, baik secara lisan atau melalui
media seperti blog, bahkan mungkin saja cenderung ngajak Golput.
Kenapa harus waspada terhadap Golput Terselubung?
Karena suara sah itu akan menjadi penentu label Indonesia
sebagai negara demokrasi yang sukses, maka suara Golput Terselubung juga bisa
melambangkan ‘kebohongan’ (Nyoblos, tapi tidak kenal Calegnya; hadir ke TPU,
tapi tidak nyoblos atau suaranya dibuat tidak syah dengan sengaja).
Lalu, sudahkah Golput terselubung menjadi perhatian
masyarakat negeri ini?
Satu lagi pesan saya buat tim kampanye, termasuk MUI dan para
aktivis Pemilu:
Orang seperti saya ini tidak terlalu penting dengan wajib
atau tidaknya status nyoblos, tapi silahkan kenalkan rekam jejak Caleg sesuai
Dapil masing-masing.
Dengan langkah di atas, rasanya saya akan lebih mudah memilih
daripada hanya diberi label Wajib atau Tidak, Halal atau Haram, terkait Pemilu.
Yang tak kalah pentingnya adalah saya kemungkinan besar tidak
percaya apabila yang mengenalkan kebaikan Caleg berasal dari partai politik
atau tim suksesnya karena otak saya langsung menduga mereka obral janji.
Inginnya sih ada lembaga atau organisasi netral yang mengenalkan Caleg.
Jadi bahasanya bukan:
Pilih Caleg A, karena nanti akan membangun ini dan itu; akan
memberi ini-itu.
Tapi:
Nih, saya kenalkan Caleg A. Ini kekurangannya, ini
kelebihannya. Jika, anda ingin sumber lain, ini sumber-sumber informasi tentang
rekam jejak Caleg A.
Nah, gitu….. Ada enggak ya…? J
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
sebagai warga negara indonesia yang baik, kita harus mensukseskan pesta demokrasi ya mas dengan cara noblos partai pilihan kita. Terlebih lagi sekarang ini konstelasi politik di Indonesia semakin memanas, jadi kita harus melek politik agar tidak semakin tertinggal dengan perkembangan politik di negeri ini ;)
ReplyDelete