Salah
satu alumni Universitas Paramadina mengirim surat terbuka kepada Anies Baswedan
terkait Anies jadi Timses Jokowi-JK. Sang alumnus tersebut menyarankan Pak
Anies untuk fokus ngurus kampus dan harus bersikap netral.
Apabila
Pak Anies tetap ingin memberikan dukungan kepada Jokowi, sang alumnus
menyarankan agar Pak Anies mundur dari rektor agar kenetralan kampus tetap
terjaga.
Setelah
itu, saya membaca berita online yang memuat pendapat seorang santri Gontor yang
berpendapat bahwa Jokowi-JK itu bukan mencalonkan diri, tapi dicalonkan.
Sontak
saja, artikel tersebut diserang komentar-komentar yang keberatan atas
penggunakan frase “santri Gontor”. Mereka keberatan Gontor disebut-sebut
seperti pada berita tersebut karena Gontor itu netral, tidak memihak pada satu
golonganpun. Bahkan ada komentar yang marah-marah segala.
Melihat
kedua artikel di atas, saya jadi teringat pendapat sebagian kalangan Muslim
yang menyatakan: “Agama jangan dibawa-bawa dalam politik atau urusan negara.”
Di
sinilah saya berbeda pendapat. Saya setuju dengan pemikiran bahwa agama itu
harus dilibatkan untuk mengurus negara, termasuk politik agar urusan negara
bisa berjalan dengan baik.
Yang
tidak boleh adalah para ulama/kiyai yang tidak tahu banyak urusan politik,
mereka melakukan politik praktis. Para kiyai yang sehari-harinya hanya mengajar
bahasa Arab, Aqidah-Akhlak, dan sejenisnya kepada para santri, kemudian ingin
jadi presiden. Inilah yang tidak tepat dan saya tidak setuju.
Netralitas
kampus atau lembaga?
Saya
setuju kalau kampus itu jangan dipolitisir. Rektor harus fokus mengurus
universitasnya. Namun ketika calon presiden membutuhkan bantuan pemikirannya,
maka sudah kewajiban rektor untuk membantunya.
Kalau
rektor, dosen, atau para pakar tidak mau mendukung salah satu capres, bagaimana
bisa tim sukses mereka melakukan kampanye dengan cara terbaik.
Untuk
menjaga netralitas kampus, cukup saja rektor mendukung salah satu Capres atas
nama pribadi, bukan atas nama rektor atau universitasnya. Para mahasiswa juga
harus cerdas bahwa sang rektor sedang berperan menjadi Timses, maka mereka
jangan manut-manut saja sama rektornya. Bahkan bisa saja mahasiswa
mengkritisinya.
Nama
almamater dibawa-bawa?
Ini
juga susah ditolak. Seseorang yang pernah belajar di pesantren A, kemudian ia
berpendapat, maka wartawan hampir secara otomatis menuliskan nama pesantren A.
Langkah
di atas tidak ada salahnya, karena santri tersebut tidak mengatas-namakan
almamaternya. Kalau almamater takut terbawa jelek, itu sudah resiko sebuah
lembaga pendidikan yang mengeluarkan para siswa/santri/mahasiswanya.
Sampai
sang alumnus meninggal, nama almamater masih mungkin disandingkan. Ini tida
salah. Yang tidak tepat ketika sang alumnus mengatasnamakan almamater/kampus/pesantren,
padahal ia tidak tidak ada koordinasi dengan almamater bersangkutan.
Perlu
diingat juga bahwa pendapat dari para santri, mahasiswa, dosen, kiyai, dan
kalangan netral lainnya juga dibutuhkan oleh masyarakat agar mereka mantap ketika
menentukan pilihannya.
Kalau
masyarakat hanya disuguhi pendapat-pendapat dari Tim Sukses abal-abal, saya
khawatir Tim Sukses masih belum mampu berkata jujur atas keunggulan/kelemahan
calonnya.
Namun
ini hanya pendapat saya. Jika berbeda pendapat sehingga teman-teman masih tidak
mau “aset-aset” pesantren/kampusnya berbicara politik, ya silahkan. Namun saya
berharap teman-teman tidak berkomentar dengan penuh amarah. Berikan saja
klarifikasi bahwa sang penulis tidak atas nama almamater. Itu sudah cukup tuh.
Kembali
ke judul. Saya mendukung Pak Anies berada di Timses Jokowi seandainya ada
semangat untuk mewarnai kampanye politik yang positif, tidak menebar fitnah
atau sibuk menjelek-jelekkan lawannya tanpa fakta.
Namun
saya enggak setuju apabila Pak Anies menghalalkan segala cara untuk
mensukseskan Jokowi jadi presiden 2014. Lha, kan Timses itu harus berjuang
meloloskan Capresnya? Memang, tapi dengan cara yang baik.
Mari
berikan pendidikan politik yang baik. Enggak perlu memfitnah Capres lain.
Enggak perlu terlalu menyuguhkan janji-jani manis. Masyarakat tahu kok,
Indonesia masih butuh proses untuk menjadi negara maju. Presiden jujur dan
amanah masih menjadi impian negeri ini, terutama saya.
Sumber:
aniesbaswedan.com/berita/Fadli-Zon-Panggil-Pendukung-Jokowi-Panasbung-Anies-Baswedan-Astagfirullah
aniesbaswedan.com/tulisan/pilihan-anies-baswedan-menjelang-pilpres-2014
politik.rmol.co/read/2014/05/27/156995/Surat-Terbuka-Alumni-Universitas-Paramadina-untuk-Anies-Baswedan-
beritasatu.com/pemilu-2014/186703-santri-gontor-jokowijk-pemimpin-yang-diminta-bukan-mencalonkan-diri.html
Gambar:
ayovote.com
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via WA, DM IG, Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment