Prodi Sistem Informasi | Belajar HTML dan PHP | Skripsi SI
Pesantren Katabah
1000 Penghafal Quran
Pengobatan Ruqyah Mandiri
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Blog | Kontak | Siap Kerja | Sertifikat | PrivacyPolicy | Inggris Arab | Daftar Isi

Tuesday, May 27, 2014

Cara Belajar Bahasa Arab di Sekolah Berbeda Dengan di Pesantren


Tulisan ini lanjutan dari artikel “Apa Perbedaan Belajar Bahasa Arab di Pesantren dan Sekolah?” Yang dapat dicari menggunakan kotak search.

Sebagai pengingat, cara belajar bahasa Arab di pesantren yang saya bahas itu ada tiga, yaitu:

1.      Buku yang menjadi pegangan utama adalah kitab Jurumiyah dan Sharaf.
2.      Cara belajarnya dihapal
3.      Mencari tahu artinya dengan cara ngalogat

Bagaimana belajar bahasa Arab di sekolah?
1.      Buku yang digunakan bukan kitab Jurumiyah dan kitab Sharaf tapi buku ajar yang isinya disusun secara sistematis, memuat materi Jurumiyah dan Sharaf.
Buku ajar ini mula-mula semua diberi sakal. Semakin tinggi kelas kita, misal kelas 9 SMP (MTs), sakalnya akan semakin banyak yang hilang. Masuk ke SMA (MA), sakal sudah banyak yang hilang, alias bahasa Arabnya gundul seperti kitab kuning. Namun untuk kosakata baru masih diberi sakal.

Ilmu Sharaf juga sudah termuat dalam buku ajar tersebut seperti kita belajar bahasa Inggris ada cara membuat kalimat, ada juga pembahasan irregular verbs (kata kerja tidak beraturan).

2.      Cara belajarnya tidak dihapal
Karena bahasa Inggris hampir semua siswa mempelajarinya, maka saya sering mencontohkannya seperti dalam belajar bahasa Inggris ya….

Jadi, belajar bahasa Arab di sekolah, paling tidak siswa diajak untuk memahami arti per kata untuk kemudian memahami per kalimat. Kemudian, pada materi tata bahasa, siswa akan diajak memahami bagaimana membuat kalimat dalam bahasa Arab, seperti:
Saya pergi ke sekolah.
Saya makan nasi.

3.      Untuk mencari tahu arti dan cara baca hampir sama dengan di pesantren (ngalogat)
Di sekolah saya, siswa masih tergantung pada guru sehingga hampir sama dengan di pesantren. Namun beberapa santri ada yang tidak berani menggunakan kamus karena takut salah, sedangkan di sekolah siswa tidak menggunakan kamus mungkin karena tidak punya saja. He…he…

Buktinya, ketika saya membeli kamus bahasa Arab (pesan dari kota melalui kakak), tidak ada guru yang melarang, bahkan seringkali saya yang disuruh menerjemahkan. He..he..

Ketika saya ngaji kitab kuning di mushalla, saya biasanya nakal. Santri menunggu arti dan penjelasan kitab dari ustadz, sedangkan saya disarankan kakak saya yang kuliah bahasa Arab untuk membaca terjemahannya di rumah.

Alhasil, cara membaca Jurumiyah agak sering saya lebih lancar karena sudah diulang-ulang cara bacanya di rumah. He…he… curang…. Enggak dilarang, kan! Saya juga pernah ngaku di hadapan ustadz bahwa saya sudah membaca kitab tersebut di rumah melalui terjemahan dan penjelasannya, bahkan kalau sedang rajin dicari juga penjelasannya di buku ajar sekolah. Ya, tentu saya lebih lancar kan…

Itu dulu ya ceritanya. Semoga saja bermanfaat! J
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi

No comments:

Post a Comment