Sebenarnya saya kurang tepat memberikan penjelasan tentang
judul di atas karena sebaiknya dijelaskan oleh orang yang sangat memahami
al-Quran dan bahasa Arab. Namun tulisan ini hanya sebagai motivasi bahwa
manfaat bahasa Arab itu sangat terasa ketika kita mempelajari al-Quran.
Mohon koreksi kalau saya salah ya….
Ini contoh praktisnya:
Dalam surat al-Fatihah, kita membaca ayat pertamanya “Bismillaahirrahmaanirrahiim.”
Agar lebih mudah lagi, saya ambil saja “Bismillaahi” saja. Kan ungkapan ini
sudah sangat sering kita ucapkan dalam kehidupan sehari-hari ya…
بِسْمِ اللهِ
Dari kata “Bismillah” di atas, mari kita perhatikan
pertanyaan berikut ini:
1.
Kenapa dibaca “Bismi”,
bukan “Bisma”, bukan pula “Bismu”?
Jawaban saya: Karena diawali dengan “bi”. Dalam tata bahasa
Arab, “bi” adalah huruf jar. Dalam kalimat sederhana, huruf jar itu biasanya
mengharuskan isim setelahnya berharakat kasrah.
Jadi “Bismi” itu berasal dari dua kata “bi” dan “ismun”.
2.
Kenapa “Bismillahi”, bukan “Bismillaha”
atau “Bismillahu”?
Jawaban saya:
Karena “Bismillahi” itu berasal dari “bi” + “ismun” + “Allahu”
Nah, kalau “ismun” digabungkan dengan “Allahu”, maka hasilnya
“ismullahi”.
Kenapa bukan “ismullaha” atau “ismullahu”?
Karena “ismullahi” memiliki kata yang dilesapkan atau
disembunyikan. Kalau dibuka kalimat seutuhnya adalah “ismun” (nama) + “li” (milik)
+ “Allahu” (Allah)
Kita ingat bahwa “li” adalah salah satu huruf jar seperti “bi”,
maka kata benda setelahnya harus kasrah, kan? Jadi, “lillahi”.
Kemudian digabungkan menjadi “Bismillahi”.
3.
Apa manfaatnya kita
mengkaji al-Quran berdasarkan tata bahasa Arab?
Saya teringat dulu, ada seorang dosen yang jago dalam bahasa
Indonesia. Beliau mengatakan: “Walaupun saya tidak memahami bahasa Arab, tapi
saya bisa memahami al-Quran dengan kemampuan bahasa Indonesia karena sekarang
sudah ada terjemahan al-Quran.”
Karena beliau orangnya tidak anti kritik, kemudian saya
bertanya:
“Maaf Pak, terjemahan dari ‘Bismillahi’ itu ‘Dengan menyebut
nama Allah’ atau ‘Dengan nama Allah’?
Sang dosen menjawab: “Ah, sama saja Mas.”
Saya: “Beda dong, Pak. Misal, ketika diucapkan di setiap awal
pekerjaan. Kalau ‘dengan menyebut nama Allah’ itu berarti kita cukup menyebut
nama Allah saja, dengan hati atau hanya di lidah itu tidak masalah. Tapi kalau ‘dengan
nama Allah’ itu menunjukkan bahwa semua yang kita lakukan itu pasti tidak
terlepas dari kekuasaan Allah, pemikiran kita dan tindakan kita semuanya digerakkan
oleh Allah.”
Walaupun sang dosen tidak mengakui kelemahannya bahwa dengan
kemampuan bahasa Indonesia saja kita tidak cukup memahami al-Quran, tapi
wajahnya sudah menunjukkan kekagumana terhadap pemikiran saya di atas. Terlepas
benar atau tidak pendapat saya tersebut.
Kan begini rinciannya:
Bi = dengan, Ismun = nama, Allahu = Allah
Jadi, “Bismillahi” artinya “Dengan nama Allah”. Berarti “Dengan
menyebut nama Allah itu” merupakan terjemahan secara istilah (berdasarkan
penafsiran), bukan harfiah. Sementara itu,
sebuah penafsiran bisa saja tepat, kurang tepat, bahkan membutuhkan perbaikan.
“Saya tidak bermaksud menyalahkan terjemahan ‘Dengan menyebut
nama Allah itu’. Namun khusus untuk saya sendiri, makna ‘Dengan nama Allah’ itu
terasa lebih mendalam.”
Keren kan peran bahasa Arab terhadap al-Quran itu? Apalagi
katanya ketika kita sudah memahami tafsir al-Quran berdasarkan ilmu nahwu (tata
bahasa Arab), banyak yang terasa salah menurut tata bahasa pada umumnya,
padahal tidak mungkin al-Quran salah tata bahasa, kan? Maka salah satu
jawabannya adalah kita harus tahu kata apa yang dilesapkan pada suatu ayat yang
kita anggap aneh.
Begitulah keunikan bahasa Arab sebagai bahasa al-Quran yang
agung. Apabila ada kekeliruan pada pembahasan di atas, mohon koreksinya ya…! J
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via WA, DM IG, Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment