Momen
Ramadhan dan kampanye berbarengan? Mantaaap! Moga saja tim kampanye dan Capres
tidak saling menjelekkan. Biasanya begini: “Ini bulan Puasa, kita tidak boleh
marah-marah.” Atau “Kalau bukan bulan Puasa, sudah saya marahin dia!”
Melihat
kebiasaan masyarakat ngomong seperti di atas jadi lucu juga, bahkan geli.
Memangnya di bulan lain dibolehkan marah-marah. Hiks…hiks…
Kembali
ke Golput. Ini beberapa alasan orang-orang melarang Golput:
1.
Golput itu
tidak berhak demo terhadap pemerintah
Ini
geli juga. Masa yang Golput tidak boleh demo, tapi yang milih Capres kalah bisa
demo. Hiks…hiks…
Misal,
ada Capres A dan B. Si A jadi presiden, masa pendukung Capres B boleh demo? Kan
harusnnya ia demo ke Capres B, sementara pemerintah dipegang oleh Capres A.
2.
Golput itu
bisa bentuk protes atau sudah percaya
Setidaknya
ada dua kemungkinan Golput:
a.
Masyarakat sudah
muak dan tidak memiliki calon yang diinginkannya. Kalau calon pemimpinnya
enggak dikenal, koruptor, atau ‘gila’, kenapa harus dipilih?
b.
Bisa juga,
masyarakat sudah sangat percaya kepada KPU. Capres kan diverifikasi KPU, maka
tidak mungkin ada Capres yang akan meruntuhkan negara Indonesia ini. Kalau ada
Capres yang akan merusak bangsa ini, mungkin KPU tidak akan meloloskan, MUI
akan menerbitkan fatwa haram, presiden akan menginstruksikan rakyat untuk milih
sebagai wajib militer. J
Kalau
KPU meloloskan Capres atau Caleg dari kalangan penjahat, kita bubarkan saja
KPU. Mau???
3.
Golput itu bukan
warga yang baik
Memangnya
yang nyoblos itu pasti warga yang baik. Ini beberapa alasan orang yang nyoblos:
a.
Karena tahu
rekam jejaknya (bagus)
b.
Karena keluarganya
jadi calon (nepotisme)
c.
Karena dibayar
calon legislatif atau presiden (suap/korupsi)
d.
Karena takut
dikucilkan warga sekitar (munafik, lebih halusnya tidak memiliki keberanian)
e.
Ikut ramai
saja (orang enggak jelas)
Yang
Golput memiliki alasan antara lain:
a.
Tidak peduli
b.
Merasa tidak
dipedulikan pemerintah
c.
Tidak memiliki
calon yang sesuai hatinya, bukan yang ideal ya…
d.
Ingin protes.
Seharusnya pemerintah itu mengambil sikap terhadap orang-orang yang Golput,
kenapa sih mereka Golput? Tampung alasan mereka, kemudian jadikan masukan dalam
pembuatan kebijakannya.
Begitu
teman-temanku sekalian. Jadi, kalau ada ustadz mengatakan “Golput itu haram,
memilih pemimpin itu wajib” memang benar. Tapi konteksnya seperti apa dulu.
Masa memilih pemimpin dengan ngitung kancing seperti ngisi lembar Jawaban
Komputer (LJK) UN tidak diharamkan? Itu namanya pemahaman kontekstual, padahal
kita harus tahu penafsirannya.
Jadi,
Golput enggak Golput enggak perlu dipersalahkan kok. Namun kalau sudah ada pilihan
berdasarkan rekam jejak, sebaiknya milih agar Indonesia lebih baik lagi.
Sebaliknya,
kalau enggak tahu rekam jejak Capres, lebih baik enggak milih deh! Agar Indonesia
tahu keadaan masyarakat sebenarnya, sehingga tidak akan mengklaim bahwa
partisipasi masyarakat Indonesia dalam menegakkan demokrasi sangat bagus,
padahal masyarakat hanya asal coblos aja. Malu, kan? Hikss..hiks…
Golput
= OK
Milih
= OK
Ha…ha…ha…
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment