Mulai
dari munculnya puisi politis yang diduga diarahkan kepada Jokowi hingga saat
ini Fadli Zon termasuk politisi Gerindra yang sering muncul di portal berita
nasional.
Ia
tampak sangat membela Prabowo habis-habisan walaupun seringkali pernyataannya
tidak tampak cerdas. Saya teringat gaya Zon ini mirip Ruhut yang selalu membaik-baikkan
SBY. Tapi uniknya, Ruhut juga terus dipakai jadi Jubir Demokrat dan sekarang
terpilih menjadi anggota legislatif.
Bukan
tidak mungkin Fadli Zon juga akan senasib dengan Ruhut. Sering diserang lawan
politik, tapi juga mendapatkan jabatan politik dari partai, bahkan suara dari
rakyat. Entah apa maunya Indonesia ini? Apakah yang penting pemimpin itu cukup
sering muncul di TV atau berita?
Kemarin
(11 Juni 2014), Fadli Zon menilai “Level Jusuf Kalla sedikit lebih rendah dari dirinya.”
Penilaian muncul karena JK melontarkan isu HAM pada saat debat Capres yang lalu.
Ini tidak sopan karena harusnya orang lain yang menilai dan mengatakan level
seseorang.
Kedua
(10 Juni 2014), ia mengatakan, "Jawaban-jawaban Pak Prabowo itu
jawaban-jawaban presiden, jawaban-jawabannya Pak Jokowi itu jawaban seorang gubernur".
Lalu, bagaimana dengan pendapat beberapa pengamat yang menganggap Jokowi lebih
unggul dalam debat tersebut?
Ketiga
(9 Juni 2014), ia mengatakan “Debat Bukan Hafalan, Tak Perlu Strategi Khusus.”
Saya pikir strategi itu tetap penting bagi seorang Capres, walaupun tidak
seperti persiapan anak SD.
Keempat
(26 Mei 2014), ia mengatakan: “menjadi aneh bila seseorang yang pernah
mengkritik pencapresan Jokowi kemudian maju sebagai cawapresnya. Kalau di
Amerika pasti sudah mundur itu.” Saya sedang merenung, di Amerika kan pernah
debat antara Obama dan Hillary. Setelah Obama menang, Hillary jadi menterinya. Padahal
dulu di pemilihan kepala desa kampung saja (di Indonesia), sangat langka
apabila ada calon kepala desa yang mengundurkan diri, kemudian maju menjadi tim
sukses pesaingnya.
Terakhir
(30 Mei 2014), Fadli Zone berkata: "Adian kalau debat itu enggak nyambung,
dia enggak kuasai data.” Dia akhirnya meminta untuk didebatkan dengan Maruarar
Sirait. "Kalau dengan Maruarar saya tek-tok, nyambung. Kalau sama Adian
enggak nyambung, itu biar anak buah saya saja yang lawan". Penyebutan anak
buah pada pernyataan ini rasanya kurang tepat karena bisa mengarah menganggap rendah
bawahannya itu. Walaupun lebih rendah jabatan di Gerindra, tapi belum tentu
lebih rendah dari kemampuannya. Ini menyangkut etika.
Itulah
beberapa hal yang disayangkan muncul dari Fadli Zon. Terlepas dari atributnya
sebagai intelektual, penulis, politikus dan budayawan, saya tidak tidak
menyukai gaya seperti itu. Ada pernyataan yang lebih layak yang dapat diungkapkan
oleh seorang politisi sekaliber Fadli Zon, seharusnya.
Bagaimana
pendapat anda?
Sumber:
Fadli
Zon: Level Jusuf Kalla Sedikit Lebih Rendah dari Saya. Kompas.com
Fadli
Zon: Prabowo-Hatta Paparannya Negarawan, Jokowi-JK Politisi. nasional.kompas.com
Fadli Zon: Debat Bukan Hafalan, Tak
Perlu Strategi Khusus. nasional.kompas.com
Fadli
Zon Sarankan Jusuf Kalla Mundur Jadi Cawapres karena Sudah Kritik Jokowi. nasional.kompas.com
Fadli
Zon: Adian Napitupulu kalau Debat Enggak "Nyambung". nasional.kompas.com
Gambar:
Kicaunews.com
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
tambah seru ya gan para tim sukses masing masing capres, kalau ane sih lebih suka yang nggak banyak omong gan, tapi lebih suka yang kerja
ReplyDelete