Prodi Sistem Informasi | Belajar HTML dan PHP | Skripsi SI
1000 Penghafal Quran
Pengobatan Ruqyah Mandiri
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Komputer dan Pendidikan
Blog | Kontak | Siap Kerja | Sertifikat | PrivacyPolicy | Inggris Arab | Daftar Isi

Friday, June 20, 2014

Pembaca Blog dan Media Sosial Itu Harus Cerdas Juga Dong!

Biasanya saya menyarankan agar blogger atau yang suka membuat tulisan di Internet pandai mengontrol diri agar tulisannya tidak merendahkan diri sendiri, atau bahkan menyesatkan orang lain.

Hal di atas adalah i'tikad yang sudah selayaknya dimiliki oleh siapapun yang suka menulis, suka berbicara, dan suka berperilaku di depan publik atau orang lain, bukan hanya di Internet.

Di saat kampanye ini saya membaca komentar di media sosial (social media) yang isinya:

“Dulu yang ribut itu anggota DPR, sekarang yang ribut itu rakyat.”
“Banyak orang-orang yang sok tahu dan so pintar berkomentar.”
“Mereka (blogger atau pecinta media sosial) tampil seperti serba bisa, berperan sebagai wartawan, ahli kecantikan, ahli pemasaran, ahli Internet, dll.”

Nah, pernyataan—pernyataan seperti di atas bisa positif ketika digunakan untuk memperbaiki kualitas artikel/tulisan para blogger. Positif juga jika digunakan untuk para pembaca agar tidak mudah percaya.

Akan tetapi, komentar di atas bisa negatif bagi para blogger karena mereka ada kemungkinan tidak berani lagi nulis, mereka takut salah, mereka takut dikatakan sok pintar.

Mungkin kita tahu juga dalam dunia nyata kata-kata ini:
“Ngapain debat, kayak orang cerdas saja.”
“Jangan sok ngomong bahasa Inggris lah, kalau makan masih dengan ikan teri dan terasi!”

Saya tidak setuju dengan kedua perkataan di atas karena akan membuat masyarakat malas untuk berpikir, dan tidak berani berbicara yang bermanfaat. Masa debat dan ngomong bahasa Inggris dikritik, tapi ngomong gossip/fitnah yang enggak jelas manfaatnya dibiarkan.

Biarkah saja masyarakat ini berdebat, ngomong bahasa Inggris, menulis di blog, di Facebook, Twitter, dll. Itu semua tempat untuk melatih diri kita agar lebih cerdas dan kratif.

Tugas selanjutnya adalah kita harus menghindari debat yang menyulut perkelahian, ngomong bahasa Inggris yang meremehkan orang lain, fanatik pada salah satu tokoh seperti Capres, dan mengharuskan orang lain menyetujui komentarnya.

Terakhir, tugas penting bagi pembaca adalah kita harus tahu sumber bacaan mana yang layak dibaca?

Untuk blog,
Lihat profilnya. Kalau tampak professional, baru dipercayai. Kalau sifatnya blog personal, itu tidak bisa dipercayai begitu saja meskipun seorang pakar. Blog personal itu mirip catatan harian. Masa kita mau menjadikan diary orang lain sebagai pijakan hidup kita.

Blog ini juga personal, maka saya tidak memaksakan pembaca mempercayai semua tulisan saya, bahkan termasuk saudara sendiri.

Untuk portal berita,
Salah kita sih mempercayai berita dari media sosial yang tidak jelas profesionalitas penulisnya, dari blog-blog berita yang tidak jelas kualitasnya. Portal berita sekelas kompas.com, detik.com, okezone.com, dan vivanews.com kadang-kadang dikritik karena isi artikel tidak objektif, apalagi blog berita yang dikelola secara personal yang isinya hanya mengutip dari portal berita lain.

Blog berita yang dikelola secara personal itu berfungsi sebagai penyeimbang media mainstream agar masyarakat tidak tertipu ketika sebuah media sudah tidak netral lagi.

Misal, masyarakat bisa tahu TV One dan Metro TV tidak netral karena dominan dengan iklan ‘jagoan’ masing-masing. Pemikiran ini bisa berawal dari media sosial atau blog, kemudian diangkat menjadi pembicaraan para ahli. Jadi, yang dipercayai itu bukan pendapat blogger, melainkan pendapat para ahli.

Mari kita menjadi pembaca yang cerdas dan biarkan para blogger dan pengguna media sosial berekspresi lebih banyak lagi! J


"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi

No comments:

Post a Comment