Bulan
Ramadhan biasanya anak-anak sekolah ditugaskan untuk mencatat isi ceramah
sebelum Tarawih atau setelah shalat subuh yang dikenal dengan istilah “Kuliah
Subuh”.
Hal
di atas harus menjadi perhatian juga bagi para penceramah apalagi anak-anak
muda yang masih belajar ceramah, seperti remaja atau seusia mahasiswa.
Sebagai
penceramah, kita harus pandai melihat situasi mustami (pendengar). Saya sendiri
pernah mencoba seperti ini:
Misal,
durasi ceramah 30 menit
Maka
saya berceramah sekitar 20 atau 25 menit. Sisanya untuk membuat kesimpulan.
Anak-anak yang hadir pada kuliah subuh disuruh untuk mendengarkan saya selama
20 menit. Setelah 20 menit, saya akan membuat kesimpulan ceramah yang dapat
dituliskan di buku masing-masing. Metode ini saya rasa lebih kondusif.
Kenapa
tidak dibiarkan anak-anak membuat kesimpulan/intisari masing-masing agar mereka
mandiri?
Dari
tahun ke tahun, saya melihat tidak semua anak mampu membuat intisari
masing-masing, sehingga mereka suka mencontek dari temannya. Alhasil, suasana penceramah
dicuekin karena mereka sedang asyik membuat intisari materi ceramah. Bahkan bisa
saja gaduh.
Benarkah
mereka tidak mampu membuat intisari materi ceramah sendiri?
Benar
dan sangat mungkin. Setahu saya, masih ada guru yang tidak melatih siswanya
untuk membuat kesimpulan yang benar. Para guru hanya menyuruh: “Tolong ringkas
bab ini ya…!” Mereka tidak memberi contoh bagaimana cara membuat ringkasan itu.
Untuk
membuat kesimpulan pun, biasanya dibuat poin-poin, misalnya ada 3 poin. Poin-poin
ini dibuat karena saya menduga hal tersebut lebih mudah dipahami daripada kesimpulan
dalam bentuk paragraf.
Itu
pengalamanku, bagaimana pengalaman teman-teman…? J
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
wah cocok banget nih tips nya bagi yang ingin mengisi ceramah kuliah subuh :)
ReplyDelete