Saya setuju pernyataan di atas. Namun itu untuk pengakuan secara resmi. Sementara itu, hasil sementara sebenarnya sudah harus dapat terlihat dari hasil quick count karena ini hasil metodologi ilmiah. Apalagi lembaga yang melakukan quick count lebih dari satu dengan hasil yang relatif sama.
Yang jadi masalah adalah ketika hasil quick count berbeda. Ini paling tidak ada dua kemungkinan:
1. Penyelenggara quick count menggunakan metodologi yang berbeda, atau
2. Penyelenggara quick count berbohong, misalnya karena mereka dibayar oleh salah satu kubu Capres.
Jadi, seandainya quick count dilakukan secara jujur dan tepat, maka kita tidak salah kalau menganggap hasil quick count adalah hasil sebenarnya. Namun karena negara kita hanya mengakui hasil penghitungan manual KPU sebagai hasil resmi, maka kita harus tunduk pada pengumuman KPU. Akan tetapi, perlu ditekankan lagi bahwa SEHARUSNYA hasil quick count itu benar.
Kalau hasil quick count salah, maka kampus-kampus dan lembaga-lembaga penelitian harus meminta maaf dan menyatakan bahwa metodologi quick count itu SALAH.
Saya sendiri masih percaya pada hasil quick count selama itu dilakukan secara jujur dan sesuai prosedur ilmiah yang ada. :)
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
lalu yg benar dan salah siapa mas.
ReplyDeletesaya jadi bingung..
apakah jokowi membayar quick count
atau prabowo yg benar dgn quint countnya
Saya juga masih mencari referensi yang benar Mas
DeleteUntuk sementara, saya menduga Jokowi memang unggul karena lembaga quick count yang menyatakan Jokowi unggul itu jauh lebih banyak.
Namun jawaban saya ini masih harus didukung referensi lagi karena hati saya pro Jokowi. Jadi, saya khawatir pendapat saya ini tidak objektif, meskipun sudah berusaha objektif. :)