Saya sendiri memandang politik itu sebagai wawasan. Tidak
bermaksud untuk menjadi pakar politik, namun tidak mau juga terlalu gelap
politik.
Yang dipelajari dari politik antara lain bagaimana para elit
politik berbicara, bertindak, mempertahankan ide dan berkilah.
Ternyata ini bermanfaat untuk diterapkan di kehidupan
sehari-hari karena bisa saja ada konflik yang merugikan masyarakat kecil.
Suatu hari, sebuah pasar tradisional digemparkan oleh pengurusnya
bahwa pasar tersebut akan menjadi sertifikat masing-masing pedagang sehingga
para pedagang harus membayar Rp500.000 untuk non-kios dan Rp1.000.000 untuk
kios.
Diperkirakan ada 300 pedagang yang harus harus membayar.
Kalau tidak membayar, ada ancaman akan diusir dari pasar bersangkutan.
Karena ada yang minta tolong, saya datangi pengurus pasar
tersebut. Pertamanya ia menggertak dengan data-data SK kepemilikan bahwa pasar tersebut
bukan milik pemerintah, tapi milik pribadi yang akan dihibahkan kalau ditebus
dengan iuran di atas.
Yang membuat saya geram, gaya bicara salah seorang pengurusnya
agak galak dan agak melemparkan berkas-berkas kepemilikan tanah di depan saya
dan pedagang lainnya. Tidak sopan kalau dilakukan oleh yang mengerti
pendidikan!
Karena agak emosi, saya katakan: “Membuat berkas yang seperti
itu saya juga bisa. Namun menentukan asli atau tidaknya, saya tidak bisa,
termasuk Anda. Tolong jangan berbicara dengan bahasa tinggi-tinggi kepada warga
pasar, tapi berbicaralah dengan bahasa yang dipahaminya agar pedagang pasar
ikut iuran bukan karena takut, tapi karena paham.”
Setelah pertemuan itu, kami deal bahwa pengurus tidak memaksa
pedagang untuk membayar dan tidak pula akan mengusir yang belum membayar.
Selang sehari, ada pengurus yang menagih iuran dengan nada
ancaman akan mengusir lagi dan sedikit marah-marah kepada para pedagang. Kejadian
itu sampai juga ke telinga saya.
Kemudian saya datangi lagi ke salah seorang pengurusnya. Saya
katakan: “Maaf Pak nitip teman Bapak yang kemarin nagih iuran, sebaiknya tidak
mengancam dan bersikaplah sopan. Kalau mau kasar sama saya saja.”
Saya pikir, keberanian warga melawan pengurus tersebut selain
karena takdir Tuhan, tapi mungkin juga dipengaruhi karena sering memperhatikan
para elit bertingkah dan berhujah.
Sang pengurus pasar mengira pedagang pasar itu bodoh semua
dan bisa ditakut-takuti, padahal mereka juga punya saudara atau teman yang agak
tahu tentang wawasan hukum dan politik.
Yuk, perkaya wawasan kita untuk membela rakyat kecil agar
tidak selalu tertindas.
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
di pasar yg kecil juga kita harus politik ya mas
ReplyDeleteHe..he.. iya mas, kecuali kalau kita rela ngalah pada penjajah pasar kelas teri. hmmm
Deletedengan belajar politik, maka kita bisa tahu trik politikus dan bisa tambah wawasan ya mas, tapi banyak orang malah kurang tertarik dengan poilitik, katanya ribet atau apalah ;)
ReplyDeleteMungkin beda selera, Mbak. Enggak apa-apa, kita bagi tugas saja. Yang suka politik dan yang benci. he...he...
Delete