Ketika kuliah, saya menargetkan membeli satu buku tiap bulan
walaupun harga buku hanya Rp 5.000 (buku bekas dan kecil). Sisa ongkoslah yang
menjadi modal untuk membeli buku tersebut sehingga tidak ada anggaran untuk ke
kantin kampus. (Jadi mellow ya…. )
Suatu hari, saya membeli buku pemrograman Delphi yang
harganya sekitar Rp 60.000. Uang segini buat saya besar sekali.
Karena terinspirasi bahwa orang Jepang sering membaca di
kereta api, bukan malah tidur, maka saya juga mencoba membuka-buka buku Delphi
tersebut di anggkot sambil pulang.
Eh, ketika turun dari angkot buku tersebut lupa karena
ditaruh di kaca depan angkot, di samping Pak sopir.
Ketika tiba di kosan, saya baru ingat bahwa buku ketinggalan
di angkot. Langsung saya pergi ke terminal dan ikut memperhatikan satu per satu
angkot bersama petugas terminal yang ngasih karcis ke tiap sopir angkot.
Dari jam 1an sampai asar, buku tidak ditemukan. Dari situlah,
saya memutuskan untuk benar-benar menuliskan identitas diri di halaman buku
cover sebelah dalam.
Ini minimal yang dituliskan di cover dalam buku, apalagi buku
yang cukup tebal dan agak mahal:
Nama Lengkap
Nomor Handphone
Harapannya, kalau buku hilang, maka orang yang menemukannya
bisa menghubungi saya via handphone.
Kalau kita hanya berpikir harga buku kadang-kadang mendingan
beli buku yang baru lagi. Namun kalau buku tersebut sulit ditemukan, ini yang
akan menjadi masalah.
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
wah ada benarnya juga yah, saya biasanya nulis nama dan alamat rumah aja di buku, kalau buku tsb hilang, wasalam ya mas :D
ReplyDelete