Terlepas dari kekhawatiran atas kemampuan Pak Jokowi sebagai
presiden, namun saya menyayangkan banyaknya masyarakat yang ngobrol di ‘warung
kopi’ dengan menyalahkan Pak Jokowi tanpa mau baca. Ini contohnya:
“Masa sih presiden tidak bisa memutuskan sendiri? Baru juga
ada masalah KPK vs Polri sudah membentuk Tim 9 dan bertemu Prabowo.”
Melihat obrolan di atas, saya sedikit khawatir jangan-jangan
mereka dan banyak lagi orang Indonesia yang menganggap bahwa jadi presiden itu
harus bisa memutuskan sendiri tanpa menerima pertimbangan orang lain.
Apalagi ketika ada istilah ‘Hak Prerogatif’. Hak ini seolah-olah
hanya presiden seorang lah yang berkuasa memutuskan sesuatu, bahkan tampak
tidak perlu mendengar masukan dari orang atau lembaga lain.
Dengan pemahaman ‘Hak Prerogatif’ itu sebagai ‘hak presiden
seorang’ memang tampaknya hebat dan presiden memutuskan sesuatu tanpa campur tangan
orang lain. Namun ini bisa berbahaya lho…
Pada prakteknya, ‘Hak Prerogatif’ itu tidak bisa dilakukan
presiden tanpa masukan dari orang/lembaga lain. Meminta masukan dari DPR, KPK,
PPATK, Tim 9, Relawan, dan masyarakat lain bukan berarti ‘Hak Prerogatif’
seorang presiden terkontaminasi. Justru, presiden akan membuat keputusan dengan
pertimbangan yang sangat matang sesuai keinginan masyarakat Indonesia. Minimal
tidak egois!!!
Mungkin kita tahu seandainya Jokowi membuat keputusan terkait
Budi Gunawan tanpa pertimbangan matang dan tanpa dukungan dari lembaga/tim lain,
maka konsekuensinya bisa saja Jokowi dimakzulkan seperti Gusdur. Meskipun kasus
Jokowi dan Gusdur berbeda, tapi bola panasnya sangat mirip!
Keputusan Presiden itu harus punya pendukung. Namun sayang
dukungan partainya, PDIP diisukan bernada sumbang, bahkan cenderung pernah bertolak
belakang dengan keinginan presiden.
Kalau Jokowi membuat keputusan tanpa dukungan PDIP dan tanpa
dukungan masyarakat, kemudian Jokowi diusir dari kursi istana, kemana beliau
akan kembali? Inilah salah satu peran tim 9 yang saya tangkap. He…he…
Jadi, kita harus selalu sadar diri bahwa ‘Hak Prerogatif’ itu
bukan berarti menutup diri dari masukan orang lain, tapi kita harus punya
keputusan sendiri yang teguh setelah menampung masukan-masukan dari orang lain.
Begitulah kira-kira…. J
Meskipun isu ini sudah agak kadaluarsa, tapi saya memandang masih
penting, apalagi ketika kita ingin menilai kepemimpinan Ahok yang sekarang
terancam ‘dipecat’ hak angket DPRD DKI Jakarta.
Kalau kita melihat gaya yang seolah-olah ‘arogan dan
emosional’ seorang Ahok, pasti kita ingin memecatnya dari gubernur. Tapi kalau
pembersihan dana-dana siluman terbukti benar, apakah kita masih juga ingin ‘mengusir’
Ahok dari Jakarta?
Mau pilih mana?
Pemimpin yang suka marah-marah, tapi benar.
atau
pemimpin yang tampak baik-baik, tapi bangsat uang negara? Hmmmm…
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
nama nya juga presiden mas, pasti banyak yang suka dan banyak juga yang tidak suka. Sama seperti saat sby jadi presiden dlu :)
ReplyDelete