Mungkin ada yang merasa ‘agak malu’, bahkan sebal ketika
mendengar seorang mahasiswa berbicara kepada orangtua di kampung campur bahasa
Indonesia, padahal bahasa Ibunya bahasa Sunda atau Jawa.
Ada juga anak-anak kota yang berbicaranya dengan bahasa
Indonesia yang disisipi bahasa Inggris. Apakah ini tanda orangnya sudah terlalu
jago bahasa Inggris? Ah enggak juga…
Justru, orang yang campur-campur bahasanya itu tanda orang yang
tidak cerdas, kalau terlalu kasar dibilang ‘bego’.
Dalam menggunakan bahasa itu ada etika berbahasa atau etika
bersosial. Kita harus menghargai lawan bicara, tidak seenak udel. Sok tahu, sok
pintar, padahal oon.
Kalau untuk latihan, campur-campur bahasa tidak masalah, tapi
harus tetap melihat situasi.
Ada beberapa orang yang saya kenal jago bahasa Inggris dan
Arabnya. Namun beliau berbicara dengan masyarakat menggunakan bahasa Sunda yang
halus.
Ada lagi seorang lulusan Doktoral Jepang dengan beberapa kali
melakukan penelitian di negeri Matahari Terbit tersebut. Beliau sangat dikenal
baik, ramah dan berbicara menggunakan bahasa Sunda juga. Padahal dalam
tulisannya sering menggunakan bahasa Inggris dan di kesehariannya kemungkinan
sering menggunakan bahasa Jepang pada saat di Jepang ya…
Saya sendiri menyadari, ketika ada bahasa yang tercampur dan
terlontar ke lawan bicara, ternyata sebenarnya saya sedang mengalami kesulitan
mencari kata yang pas untuk diucapkan. Ini sebagai bukti bahwa, bahasa yang
campur-aduk itu tanda kelemahan pembicara bersangkutan.
Jadi, jangan sok hebat cas-cis-cus bahasa Inggris ke lawan
yang tidak tepat!
Jangan juga merasa minder ketika mendengar bahasa lawan
bicara yang tidak kita pahami. Minta saja ia mengulang pembicaraannya…! Ini
saya sering lakukan!!!
Dan menjadi satu kelemahan sebagian dari kita ketika menggunakan
bahasa ingin menyebabkan orang lain tidak memahami maksud kita. Awalnya ingin
disebut paling pintar, padahal oon karena orang tersebut tidak mencapai tujuan
komunikasinya. Hiks…hiks..
Orang Sunda mendengar yang bicara bahasa Jawa? Ngangguk-ngangguk
padahal enggak ngerti.
Orang Mesir berbicara bahasa Arab panjang lebar, kita
ngangguk-ngangguk karena merasa sudah sering membaca Quran, padahal enggak
ngerti juga.
Mahasiswa berbicara bahasa Inggris super cepat karena ingin
seperti orang Inggris aslinya, kita ngangguk-ngangguk. Ngapaiiiiin ngangguk
kalau telinga kita enggak bisa nangkep?
Tegur saja lawan bicara kita agar berbicara dengan bahasa
yang bisa kita pahami. Kalau terlalu cepat, minta saja dilambatkan! Kalau kosakatanya
terlalu rumit, minta saja disederhanakan. Saya sudah praktekkan dengan seorang
syaikh dari Mesir. Ternyata beliau bisa menyederhanakan pembicaraannya dalam
bahasa Arab sehingga saya tak terlalu bengong. Heh…
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment