Ternyata situs berita bahasa Arab pernah ada, yaitu “al-Juab” yang terbit pada tahun 1795 di Betawi. Sebenarnya situs ini bukan bahasa Arab tapi bahasa Melayu yang ditulis dengan huruf Arab.
Pada masa kolonial Belanda, hampir seluruh masyarakat Indonesia tidak bisa membaca huruf Latin, tapi melek dalam membaca huruf Arab, termasuk di Malaysia dan Singapura.
Pada akhir abad ke-19 banyak kaum peranakan yang tidak mampu lagi membaca huruf Arab karena lebih banyak mempelajari huruf Latin dari guru-guru Belanda. Mungkin mulai dari sinilah, bahasa Arab kehilangan pamornya dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Namun banyaknya media cetak berbahasa Arab di masa dulu, kini tinggal kenangan. Katanya, masih ada Majalah Alo Indonesia milik Prof. Dr. Nabilah Lubis di Ciputat. Akan tetapi, saya juga belum melihatnya. He..he..
Saya menduga bahwa kurangnya minat masyarakat Indonesia terhadap bahasa Arab adalah karena DUIT. Bahasa Arab diduga kurang menjanjikan untuk karir, sehingga kalah bersaing dari bahasa Inggris, Mandarin dan Jepang.
Kini bahasa Arab hanya mengisi pesantren-pesantren dan madrasah-madrasah atau kursus. Namun semaraknya masih padam di hadapan masyarakat umum.
Sumber:
Shahab, Alwi. 2006. Maria van Engels Menantu Habib Kwitang. Jakarta: Penerbit Republika
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment