Munculnya berita tentang pemblokiran 22 situs Islam karena
dicurigai turut menyebarkan paham radikalisme dan terorisme, mendorong saya
ingin membahas judul: “Ini Nih Islam Yang Sebenarnya….”
Bahkan situs terkenal arrahmah.com juga ikut dibredel. Para
pemilik situs meradang karena tidak ada komunikasi terlebih dahulu dari
Kominfo, katanya.
Dalam pengamatan saya, Muslim Indonesia itu sangat tertarik
dengan dua kriteria ini:
1. Pecinta leluhur
Muslim yang mencintai kriteria ini biasanya sangat taat dan
patuh pada apa yang dikatakan guru walaupun tidak dipahaminya.
Jenis Muslim ini biasanya susah berubah, apalagi harus
perang. Wah, rasanya jauh langit dan bumi…..!
Meskipun hidupnya jorok dan semi nganggur, mereka dengan senang hati
mencontohnya.
Bahkan mengeluarkan dahak dengan suara keras pun (maaf ya..)
sampai membuat orang lain jijik mendengarnya, mereka ‘teladani’. Meskipun tidak
mengatakan mencontoh guru, tapi saya melihat memang anak-anak yang berdahak nyaring
(Sunda: kokohek) biasanya punya guru yang berdahak nyaring juga.
Pembicara:
“Islam yang sebenarnya itu hanya Ahlu Sunnah Waljama’ah’,
tidak ada lagi yang lain.”
Dengan ungkapan pendek di atas mampu membius Muslim kriteria
satu ini. Mereka tidak sempat berpikir: “Memangnya mudah mengetahui Ahlu Sunnah
Waljama’ah yang akan dijamin masuk surga itu?” Kalau mudah, sudah dari dulu
semua orang masuk Ahlu Sunnah Waljama’ah tanpa perdebatan. Hiks…hiks..
Akan tetapi, Muslim kriteria satu ini relatif aman dari
ketertarikannya jadi teroris, termasuk bergabung ke ISIS.
2. Pecinta Kebaruan
Orang dengan kriteria ini biasanya merindukan
pemikiran-pemikiran baru, terutama tentang Islam. Saya menduga, tipe Muslim seperti
inilah yang bisa direkrut ISIS atau gerakan Islam radikal.
Berikut ini kata-kata yang mampu menghipnotis hati kriteria
nomor dua ini sehingga semangat jihadnya bisa tumbuh pesat:
Pembicara:
“Berita tentang terorisme dan radikalisme itu tidak berimbang
lho. Itu karena medianya pro Barat, makanya Saddam Husain, Osama Bin Laden dan ISIS
selalu dipojokkan.”
Nah.. bathin Muslim kriteria kedua ini bisa langsung histeris
dan langsung tidak percaya kepada media yang dikatakan antek Barat tersebut.
Herannya, mereka tidak berusaha merenungkan dulu kebenaran
antara media yang (dikatakan) pro teroris dan (dikatakan) pro Barat tersebut
sehingga mereka tanpa berpikir panjang langsung membenci orang Barat. Padahal
di Barat juga banyak orang baik…
Pembicara:
“Kita ini orang Islam, tapi hidup bukan di negara Islam. Bagaimana
pertanggung-jawaban kita di akhirat kelak? Indonesia tidak akan maju selama
berdasarkan Pancasila karena tidak dicontohkan Rasulullah. Yang tepat itu Khilafah
yang dipimpin seorang Khalifah dan berazaskan Quran dan Hadits.”
Bathin kriteria nomor dua ini meronta-ronta kesakitan juga karena
belum bisa hidup dengan label Khilafah. Padahal sang pembicarapun tampaknya
tidak tahu betul siapa calon Khalifah yang paling tepat saat ini, selain
pemimpin organisasi mereka sendiri.
Pembicara:
“Kita ini sebagai Muslim jangan mau berbuat bid’ah. Kita ini
harus kembali kepada Quran dan Hadits, pokoknya…!!! Orang-orang kafir selalu
mengingingkan kehancuran Islam. Maka waspadalah!!!”
Nah, contoh ungkapan ini juga mampu menggugah Muslim kriteria
2 ini. Hati mereka hanyut untuk langsung mengharamkan hal-hal yang dilarang
oleh organisasi/alirannya. Padahal organisasi lain juga mengajarkan untuk
mentaati Quran dan Hadits.
“Yang lain kan bawa-bawa ijma, qiyas dan fatwa. Ini langsung
dari Quran, saudara-saudara!!!”
Hikss..hiks.. memangnya Quran bisa langsung dipahami secara
harfiah. Bukankah kita tahu makna terjemahan juga dari Tafsir Quran dan Tafsir
itu buah karya para ulama yang melibatkan penelitian dan sejarah.
Mereka langsung benci orang Kafir tanpa pandang bulu.
Manggilnya juga begini: “Si kafir!!!” (Diungkapkan dengan nada marah)
Tidak sadar bahwa masih mungkin di dunia ini terdapat orang
kafir yang baik hati dan gemar menabung. J
Jadi, waspadalah ketika kita memiliki pikiran seperti ini “Oh
ini Islam yang sebenarnya….ternyata pehaman Islam saya selama ini salah.”
Hati-hati lho dengan perasaan hati yang tergambar dengan
ungkapan di atas karena bisa jadi sebenarnya kita belum menemukan Islam yang
sebenarnya, tapi kita justru sedang terhipnotis oleh ajaran Islam yang baru
kita dengar, padahal belum mempelajarinya lebih mendalam.
Orang itu kan banyak yang suka kebaruan. Makanya ketika otak
kita menerima pemikiran baru tentang Islam serasa “Inilah yang sebenarnya”,
padahal ah belum tentu!!!
Masa iya pemahaman Islam yang sudah bertahun-tahun mau
dianggap salah dengan pemahaman Islam dari sehelai buletin Jum’atan. Ngopi dulu
makanya, eh mikir dulu makanya. He..he..
Atau tegakkah kita menganggap salah ajaran Islam yang sudah
dipelajari bertahun-tahun dari buku yang tebal-tebal dan sekolah formal demi
mempercayai situs yang belum jelas pemiliknya, belum teruji kepakarannya, dan
belum tentu memperhatikan kita.
Tenang dulu, baca lagi berulang-ulang, tanya dulu ke orang
lain yang berilmu, berdoa dulu. Baru memutuskan…..perang atau tidak! Semakin
enggak nyambung aja nih tulisan. Oh, pantas saya belum makan nih…J
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment