Menjelang
Ramadhan tiba biasanya saya mencoba untuk memiliki target yang agak berbeda
dari orang lain. Yang sangat booming di kalangan teman-teman saya dalam mengisi
Ramadhan adalah membaca Quran sampai tamat. Setelah tamat, kemudian syukuran
nasi kuning.
Mungkin karena
saya ingin berbeda, maka membaca Quran sampai tamat itu masih belum menarik
hati karena saya tidak mau membaca Quran itu seperti membaca mantra yang mana
seseorang akan membacakan mantranya dengan penuh harapan walaupun tidak tahu
isi mantranya.
Saya lebih
tertarik pada membaca Quran dan terjemahannya. Inginnya, membaca Quran dan
tafsirnya. Ini juga tidak perlu dijadikan target yang harus dibangga-banggakan
karena ada yang lebih penting, yaitu perubahan akhlak setelah bulan Ramadhan
menuju yang lebih baik.
Target di atas
(membaca Quran dan terjemahannya) ternyata banyak juga halangannya sehingga
susah sekali tamat, apalagi kalau bertemu keinginan membaca penjelasan dari
suatu ayat, semisal tafsir atau buku referensi lain. Apalagi di saat malas
menghampiri… J
Bulan ini tanpa
direncanakan dengan matang, saya memulai dengan penyusunan Kamus Bahasa Arab
digital. Target pengguna utamanya adalah saya sendiri. Kenapa?
Saya merasa
mencari arti kata dari bahasa Arab menggunakan kamus itu cukup sulit juga
karena harus mencarinya dengan akar kata. Misal, dari buku tertulis ada enam
huruf, maka saya harus mencari di kamus berupa kata dasarnya yang berjumlah
tiga huruf. Ini seringkali membuat saya malas membuka kamus karena ilmu sharaf-ku
hampir nihil.
Saya kira akan
lancar-lancar saja menyusun kamus digital. Ternyata semangatnya hanya seminggu.
Ada beberapa faktor penghambat, antara lain:
1. Kesulitan
dalam proses digitalisasi (programming sampai tahap eksekusi)
2. Kurang sabar
3. Mudah
terpancing peluang uang dari sumber lain J
Dengan
merenungkan ketiga penghambat di atas, saya menganggukkan kepala: “Pantas saja,
beberapa ilmuwan menulis karya besarnya dalam situasi sulit. Quiraish Shihab
menyusun tafsir super tebal al-Mishbah pada saat kuliah di Mesir; HAMKA
menyusun tafsirnya juga pada saat menjadi tahanan politik di penjara.”
Melihat kedua
penulis di atas tampak jelas bahwa lingkungan mereka memang sangat mendukung
untuk fokus menulis. Tidak terganggu dengan hingar bingar uang karena peluang
bisnis sangat kecil; tidak pula terganggu dengan hasrat keserakahan karena
mereka dalam keadaan pasrah (namanya juga mahasiswa dan tahanan, bisa kita
bayangkan kekangannya).
Karena saya
belum mampu menaklukkan tiga penghambat di atas, jadi merasa khawatir:
“Jangan-jangan Ramadhan selesai, kamus bahasa Arab malah mangkrak.”
Sekarang saja
saya sudah mulai mencoba membuat software belajar bahasa Arab. Nah,
lho…bagaimana nasib kamusnya? Fokus itu memang tidak mudah, selalu ada saja
alasan untuk menggodanya.
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment