Hello Katabah!
Bagi sebagian orang Rp
50.000 itu bukanlah nominal yang terlalu besar karena anak-anak kecil saja bisa
menerima uang jajan ke sekolah lebih dari Rp 10.000 per hari. Tapi saya
berpendapat bahwa uang jajan sebesar itu merupakan pendidikan buruk untuk
generasi saat ini dan yang akan datang.
Mari kita tengok
anak-anak dari golongan ekonomi bawah. Orangtua mereka dengan susah payah
memberikan uang jajan Rp 2.000 untuk sekolah Rp 2.000 untuk ngaji. Kenapa harus
ada uang jajan segala ya…? Memangnya anak-anak sekarang tidak makan di rumah?
Seandainya anggaran uang
jajan kita sisihkan untuk memberikan hadiah para penghapal Quran atau anak-anak
yang rajin belajar apapun bidangnya, maka sudah hukum alam bangsa ini akan
berpeluang memiliki generasi muda yang cerdas-cerdas dan shaleh-shaleh.
Betapa hebohnya
anak-anak ketika seorang guru ngaji mengumumkan ingin memberi hadiah bagi yang
hapalannya paling banyak. Padahal hadiah tersebut bukanlah angka yang besar,
hanya Rp 50.000 saja buat yang ranking 1.
Sang guru ngaji
memberikan hadiah bukan berarti banyak uang karena rumahnya pun masih
beralaskan tanah. Beliau pun bukan ingin melatih anak mata duitan dan berjiwa
tidak ikhlas, tapi ingin menciptakan nuansa baru untuk semangat baru.
Jika memberikan hadiah
kepada para penghapal Quran dianggap salah karena takut mata duitan, kenapa
dianggap bagus ketika kita memberikan uang jajan kepada anak-anak yang tidak
jelas prestasinya? Ironis kan?
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment