Hello Katabah!
Setelah membahas tentang
tata bahasa Arab yang ada pada Q.S. al-Fatihah ayat 1 dan 2, sekarang saya
belajar menganalisis ayat 3.
الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
(Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang)
Seandainya ayat di atas
berdiri sendiri, maka harokat akhir pada setiap kata akan dibaca “dlammah”,
yakni:
الرَّحْمَنُ الرَّحِيْمُ
Di teks Arab kedua
tampak setiap kata berakhiran harokat dlammah (nu dan mu). Lalu, mengapa dibaca
ni dan mi? Apakah tata bahasa Arab mampu menjawabnya?
Saya melihat sakal akhir
ayat 3 ini dipengaruhi oleh ayat 2, yakni oleh kata “lillahi”. Walaupun ada
frase “rabbil ‘alamin”, tapi yang mempengaruhi sakal ayat 3 ini tetap kata “lillahi”.
Seandainya frase “rabbil ‘alamin” tidak ada, maka tetap akan dibaca “ar-rahmani
rahimi”.
Jadi begini:
لِلهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
(Milik Allah Yang Maha
Pengasih, Maha Penyayang)
Teks Arab di atas
merupakan contoh Na’at-Man’ut, yakni: “Allah” disebut Man’ut dan “ar-rahmani
rahimi” disebut Na’at. Kita tahu bahwa jika Man’ut bersakal kasrah, maka Na’at
harus kasrah pula.
Seandainya teks لِلهِ
dibaca lillahu (لِلهُ), maka akan dibaca “ar-rahmanu rahimu” (harokat akhirnya menjadi
dlammah).
Namun teks لِلهِ
tidak mungkin dibaca lillahu (لِلهُ) karena “li” (لِ) termasuk huruf jar
yang harus menjarkan (kasrah) isim setelahnya.
Artikel Terkait:
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
Syukron jiddan
ReplyDeleteNa am
ReplyDelete