Hello Katabah!
Ketika ditimpa musibah –
seperti kecelakaan atau kematian, kita dianjurkan mengungkapkan "Inna
lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" seperti yang termaktub pada Q.S.
al-Baqarah 2: 155-156:
....وَبَشِّرِ الصَّبِرِيْنَ# الَّذِيْنَ إِذَا أَصَبَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ
قَالُوْا إِنَّا لِلهِ وَ إِنَّا إِلَيْهِ رَجِعُوْنَ
Artinya:
155. … dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
156. (yaitu) orang-orang
yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa
ilaihi raaji'uun"
إِنَّا لِلهِ وَ إِنَّا إِلَيْهِ رَجِعُوْنَ
Artinya:
“Sesungguhnya kami
adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah Kami kembali.”
Dulu, banyak orang
menganggap bahwa ungkapan di atas diucapkan ketika mendengar kematian
seseorang. Akan tetapi, saat ini sudah mulai banyak masyarakat yang
mengucapkannya ketika mendengar suatu kecelakaan, bencana alam, dan suatu
kejadian yang tidak diinginkan.
Belajar Bahasa Arab
Saya belajar teks ini:
إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ
Mengapa penggalan teks
di atas tidak dibaca:
إِلَيْهِ رَاجِعِيْنَ
Saya anggap bahwa إِلَيْهِ
berasal dari: هُ + إِلَي. Karena إِلَي termasuk huruf jar, maka “hu” (هُ)
berubah menjadi kasrah, “hi” (هِ).
Apabila kata benda
(isim) pertama berharokat kasrah, maka kata benda yang kedua harus kasrah juga.
Tapi teks di atas, kenapa “rajiun” (رَاجِعُوْنَ), bukan “raji’in” (رَاجِعِيْنَ)?
Itulah keunikan dari
bahasa Arab, suka menukar-nukar posisi kata yang mana berbeda dengan pola
kalimat bahasa Indonesia. hi..hi..
Jadi, agar saya lebih
mudah menjawab pertanyaan di atas, saya tukar saja posisi katanya menjadi:
رَاجِعُوْنَ إِلَيْهِ
(Arti harfiah: Orang-orang yang kembali
kepada-Nya)
Walaupun teks bahasa
Arab di atas diganti posisi, tapi memiliki arti yang tetap sama. Jelaslah bahwa
رَاجِعُوْنَ dibaca
“rajiun” itu benar dan termasuk isim fa’il untuk jamak mudzakar salim.
Artikel Terkait:
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment