Hello Katabah!
Ini e-book “Humor Tak
Centil, Tapi Nyentil” kaidah 2:
Udin Minta Restu Kiai
Untuk Mengelola Sekolah
“Eh Kang Udin, silahkan
masuk! Sore-sore begini ke sini, ada apa ya?” kata Kiai Komar.
“Maaf Pak Kiai kalau
merepotkan. Saya diminta warga di kampung untuk mengelola sekolah. Bagaimana
menurut pandangan Kiai? Apakah saya mampu?”
“Oh,kalau itu Kang Udin
sendiri lebih tahu. Mampu atau tidak, minat atau tidak, Kang Udin bisa
memutuskan sendiri,” kata Kiai Komar.
Sang Kiai pun
menambahkan: “Pesan saya, yakinlah ketika membuat keputusan, jangan ragu selama
itu dianggap baik! Menurut ulama Fiqih: ‘keyakinan itu tidak dapat dihilangkan
dengan keraguan’.”
Karena melihat Udin
masih mengerenyitkan dahinya, Kiai meneruskan ucapannya, ada hadits Nabi yang
menyatakan: ‘Jika seseorang di antara kalian menemukan sesuatu di dalam perut,
kemudian sangsi apakah telah keluar sesuatu dari perutnya atau tidak, maka
janganlah keluar dari mesjid, sampai mendengar suara atau mencium bau.’
“Jadi, hanya karena
sedikit ragu, kita tak perlu mondar-mandir masuk kamar mandi, bukan? Jika Kang
Udin dianggap salah dalam membuat keputusan, padahal bentuk kesalahannya belum
jelas, maka janganlah kamu menyerah. Tapi komunikasikanlah terlebih dulu,
apakah benar salah atau mereka sudah salah menilai keputusan kita?” Sang Kiai
bicara panjang lebar.
“Kalau begitu, saya
mohon izin, Pak Kiai!” kata Udin.
“Saya juga tidak perlu
memberi izin karena izin sekolah itu dari masyarakat sekitar dan pemerintah,”
kata Kiai tersenyum.
“Ah Kiai, bisa saja!”
Udin ikut nyengir.
“Saya mohon doa dan
restu, mohon bimbingan dari Pak Kiai!” Udin menegaskan kembali permintaannya.
“Ya, saya doakan, tapi
sebenarnya urusan pengelolaan sekolah, Kang Udin lebih paham dari saya.
Bukankah Kang Udin sudah kuliah Manajemen Pendidikan. Lha, saya lulus SMA juga
paket C! Nanti, kalau ada waktu sempatkan kembali lagi ke pesantren biar ada
masukan pengalaman dari Kang Udin ya…!”
“Terima kasih, Pak Kiai.
Saya pamit.”
Udin pun kembali ke
kamarnya untuk siap-siap berangkat esok pagi. Sambil membereskan buku-buku ke
tas, hati Udin terus muji-muji Kiainya: “Ini orang benar-benar kiai! Cerdas dan
sukses, tapi tetap rendah hati dan legowo nerima masukan dari para santrinya.
Bahkan beliau seringkali terlihat risih ketika tangannya dicium para santri.
Beliau tidak mau dipanggil kiai. Beliaupun seringkali tidak mau diperlakukan
istimewa sebagai kiai.”
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment