Hello Katabah!
Bitcoin itu ibarat emas
yang harus disimpan dengan aman karena memiliki nilai jual tinggi. Sebagai
pemula yang baru mengenal Bitcoin (BTC), saya berpendapat bahwa emas itu
investasi jangka panjang, sedangkan Bitcoin investasi jangka pendek.
BTC dikatakan investasi
jangka pendek karena harganya turun-naik (fluktuatif) dan bukan tidak mungkin
regulasi pemerintah ikut menghambatnya. Buktinya, salah satu website tidak
menyediakan Bitcoin Trading untuk orang Indonesia.
Kenapa pemerintah
menghambat perkembangan BTC?
Bitcoin alias BTC itu
menyebar ke seluruh negara tanpa regulasi pemerintah dan hanya digunakan di
Internet. Hal ini mungkin juga mempengaruhi nilai tukar rupiah.
Namun menurut saya,
biarkanlah BTC ada, sedangkan pemerintah cukup memberitahukan kepada masyarakat
bahwa pemerintah tidak bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berkaitan
dengan bisnis Bitcoin. Ini sudah cukup…!
Tidak ada tanggung jawab
pemerintah atas BTC, apakah berarti BTC dilarang beredar? Tentu tidak, tapi
seandainya terjadi bisnis BTC, maka ibarat kita jualan kangkung, ubi atau jenis
produk lain yang belum teregistrasi di pemerintah. Jualan kangkung juga kalau
rugi, kita tidak bisa minta asuransi dari pemerintah, bukan? Nah, kalau rugi
dalam BTC juga kita jangan menuntut pemerintah karena pemerintah sudah memberi
tahu bahwa mereka tidak ikut tanggung jawab. Itu cukup tuh….!
Oleh karena itu, saya
menyarankan kepada para pemula seperti saya, kalau ingin terlibat dalam
penggunaan BTC, maka jangan menyimpan BTC dalam jangka waktu lama. Coba tukar
(atau jual) seminggu sekali atau sebulan sekali agar ketika harga BTC turun,
kita tidak merugi dalam jumlah besar.
Bukankah fluktuatif
harga BTC itu aneh, apakah itu judi?
Aneh bagaimana? Harga cabai,
cengkeh, kopi atau rempah-rempah lain juga seringkali mengalami naik-turun
harga yang sangat ekstrim, tapi tetap ada perkebunannya sampai sekarang.
Jadi, BTC itu tergantung
kitanya ya….!
Kita sudah punya bank
yang menggunakan Rupiah untuk transaksi, kenapa harus menggunakan Bitcoin?
Transaksi dengan Rupiah
yang melibatkan bank bisa cukup ribet. Untuk transfer via internet banking
saja, kita harus minta token dulu ke bank bersangkutan. Padahal kalau bisa
minta secara online, ini jauh akan lebih efektif.
Sedangkan transaksi
dengan BTC, kita tidak perlu mencari bank dulu atau ATM untuk transfer. Cukup
klik dari laptop, maka sampailah ke China atau Amerika. Ini sangat efektif,
bukan?
Cukup dulu pembahasan
tentang BTC, sekarang di mana tempat menyimpan saldo Bitcoin kita? Di wallet.
Saya sendiri menggunakan wallet online, walaupun ada orang-orang yang menyimpan
walletnya di komputer sendiri.
Wallet itu seperti
Paypal, Perfect Money, Web Money, Payza, atau e-currency lainnya. Sebenarnya
saya belum tahu betul wallet mana yang sangat bisa dipercaya. Akan tetapi,
beberapa website besar yang saya pernah kunjungi, mereka menggunakan blockchain.info.
Sebenarnya tanpa wallet
khusus pun kita sudah bisa menyimpan Bitcoin di vip.bitcoin.co.id. Situs ini
relatif aman karena:
1. Berlokasi di
Indonesia
2. Ada verifikasi scan
KTP dan handphone
3. Transaksi bisa
melalui bank lokal seperti BRI, Mandiri, BCA, dll.
4. Transaksi bisa dalam
bentuk Rupiah.
Jadi, jika kita ingin
mencairkan Bitcoin yang sudah terkumpul di Blockchain, maka transfer dulu saja
ke VIP. Setelah itu, kita jual (tukar) BTC tersebut ke Rupiah di VIP. Beres deh…!
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|