Hello Katabah!
Trik trading Bitcoin ini
bisa mengecoh pemula: “Beli pada saat harga MURAH, jual pada saat harga MAHAL.”
Sebagian orang bisa
memahami trik di atas menjadi: “Beli pada saat harga TURUN, jual pada saat
harga NAIK.”
Kata “murah” dipahami
sebagai “turun”, sedangkan kata “mahal” dipahami sebagai “naik”.
Pemahan di atas tentu
saja tidak akan terlalu bahaya ketika harga bitcoin sedang mengalami naik/turun
secara cepat sehingga kita sekarang membeli Bitcoin, langsung pasang di order
jual, kemudian akan terjual 1 jam kemudian.
Akan tetapi, jika
keberuntungan sedang tidak berpihak kepada kita, maka harga Bitcoin akan
bergerak naik terus melambung tinggi atau turun merosot hingga waktu sebulanan
tidak kembali ke harga semula. Ini alamat kepanikan. Jika sudah panik,
kemungkinan akan bermuara pada kerugian.
Contoh Harga Bitcoin
Sedang Pingpong (naik turun dalam waktu sebentar):
Beli di harga Rp 100.000
Kita pasang order jual
Rp Rp 101.000
Harga Bitcoin turun
menjadi Rp 97.000, maka kita masih bisa tenang karena nanti juga akan naik lagi
melebihi Rp 100.000
Contoh Harga Bitcoin
Merosot Tajam Dalam Waktu lama:
Beli di harga Rp 100.000
Kita pasang order jual
Rp Rp 101.000
Harga Bitoin turun
menjadi Rp 98.000, kemudian turun lagi menjadi Rp 95.000
Menjelang sebulan
lamanya, harga Bitcoin tidak naik-naik, bahkan menjadi Rp 89.000.
Ini alamat kerugian.
Kalau kita tidak berani membatalkan order jual kita, bisa jadi harga Bitcoin
akan turun lagi dari Rp 89.000. Akhirnya, kita bisa jadi harus rela menjual
Bitcoin di bawah Rp 89.000.
Contoh kedua di atas
akan terjadi ketika menerapkan prinsip: “Beli ketika harga murah, jual ketika
harga naik.”
Ini contoh lebih jelas
lagi:
Harga Bitcoin mengalami
turun seperti ini:
Rp 100.000
Rp 99.000
Rp 98.000
Rp 97.000
Rp 96.000
Rp 95.000
Rp 94.000
Rp 93.000
Rp 92.000
Rp 91.000
Nah, sebagian pemula
dengan semangat juang 45, mereka langsung membeli Bitcoin diharga Rp 91.000
dengan harapan akan bisa dijual Rp 100.000 di kemudian hari.
Sayangnya, harapan dari
Rp 91.000 menjadi Rp 100.000 itu tidak selalu berjalan mulus walau waktu sudah
berjalan hampir sebulan. Memang jika berjalan mulus, kita akan mendapatkan
untung Rp 9.000. Namun bagaimana jika harga Bitcoin tidak naik lagi ke Rp 100.000,
maka kita akan rugi cukup besar, kawan!
Sebagian trader
menyarankan cara aman ini: “beli dan jual pada saat harga Bitcoin sedang naik.”
Misal pergerakan harga
Bitcoin seperti ini:
Rp 100.000
Rp 101.000
Rp 102.000
Rp 103.000
Rp 104.000
Rp 105.000
(Saya membacanya harga
awal Rp 100.000, kemudian naik hingga Rp 105.000)
Nah, kita bisa beli
harga Bitcoin pada saat Rp 105.000 (Jangan lupa lihat grafik pergerakan harga
Bitcoin yang sudah tersedia). Kemudian pasang order jual di Rp 106.000 (lumayan
prediksi untung Rp 1.000).
Nah, jika kita belum
pandai membaca grafik naik/turun harga, maka jangan tutup dulu komputer kita,
biarkan saja menyala hingga 1 atau 2 jam kemudian. Sambil sesekali perhatikan
pergerakan harga Bitcoin. Jika harganya tidak naik-naik, malah turun ke harga
Rp 104.000 atau 103.000 atau hanya naik lagi ke Rp 105.000 (silih berganti).
Saya lebih suka untuk bersiap menjual lagi di Rp 105.000 (walaupun berarti kita
tidak mendapatkan untung).
Bahkan jika harga
Bitcoin turun lebih dari 5 poin, sebagai pemula saya harus rela menjualnya
walaupun harus menderita kerugian sebanyak 5 poin karena boleh jadi harga
Bitcoin akan terus turun.
Untuk trader pemula
sekali, saya lebih suka tidak menyimpan order untuk kemudian ditinggal tidur.
Tapi saya harus melakukan jual dan beli pada saat itu juga dalam waktu kurang
dari satu jam. Kalau ditinggal tidur seringkali saya harus menjual dengan harga
yang jauh lebih murah alias rugi cukup besar.
Ini hanya pengalaman
pribadi saya saja. Mungkin masing-masing orang punya pengalaman yang berbeda.
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|