Hello Katabah!
Ramadhan ini mungkin
banyak ustadz yang membahas: “Jika kita mau membantu orang lain, maka kehidupan
kita akan dimudahkan.” Tapi saya punya jawaban yang sedikit berbeda nih.
Ada 2 orang kakak
beradik. Keduanya memiliki cita-cita yang berbeda. Si Kakak hampir selalu
berkeinginan:
1. Jika kakak berhasil
panen kayu ini, kakak mau membeli sepeda motor bagus
2. Jika kakak gajian,
kakak ingin membeli sepeda motor gede.
Hasilnya apa?
Ia mampu mewujudkan
cita-citanya.
Bagaimana dengan Si
Adik?
Ia hampir selalu
berkeinginan:
1. Jika adik gajian yang
cukup, adik mau membantu kakak.
2. Jika adik berhasil
kuliah, adik mau mengajak orang-orang kampung untuk kuliah dengan tanggungan
sedikit ongkos.
Apa hasilnya?
Si Adik gagal kuliah dan
gajinya belum mampu membantu kakaknya yang kekurangan secara ekonomi.
Saya tambahkan satu
lagi…
Ada seorang anak yang
usianya jauh lebih muda dibandingkan Si Adik yang diceritakan di atas.
Ia sangat dikhawatirkan
keluarga karena terlalu banyak jajan dan tidak suka belajar. Tampilan keren
tampaknya lebih utama daripada memikirkan saudaranya yang hidup kekurangan.
Bagaimana nasib anak
muda ini?
Ia sukses mendapatkan
gaji abdi negara, membeli sepeda motor besar-keren, dan berencana membeli sawah
walaupun kredit dengan anggaran (plus lain-lain) Rp 100 juta, padahal ia baru
berkarir kurang lebih 1 tahun.
Cerita pemuda terakhir
ini menyadarkan saya tentang adanya cerita anak kiai yang nakal ketika masih remaja,
tapi tetap jadi kiai tersohor ketika sudah dewasa.
Saya menulis cerita ini
sebagai penyadar bahwa cita-cita baik belum tentu akan diberikan kemudahan.
Sebaliknya, cita-cita memperkaya diri sendiri belum tentu gagal, bahkan bisa
jadi kenyataan.
Muncullah pertanyaan
besar di benak saya: “Bagaimana saya harus menyarankan anak-anak untuk
bercita-cita?”
Haruskan menyarankan
cita-cita seperti ini:
1. Harus mau membeli
sepeda motor mewah
2. Harus bercita-cita
membeli mobil mewah
3. Harus sering jajan
4. Harus bercita-cita
memiliki rumah mewah walau kakak masih hidup dalam kemiskinan?
Atau harus menyarankan
cita-cita seperti ini:
1. Harus mau membantu
memperbaiki rumah kakak yang berlantai tanah
2. Harus membantu anak
tetangga untuk mendapatkan beasiswa kuliah
3. Harus menghemat uang
jajan agar beban orangtua berkurang.
4. Harus hidup hemat
agar uang kita bisa digunakan untuk memberi makan fakir-miskin, termasuk guru
ngaji yang ekonomi keluarganya masih kekurangan?
Nah, saya masih belum
mantap menyarankan orang lain untuk memilih salah satu dari kedua jenis
cita-cita yang berseberangan seperti di atas. Pesan penting dari saya: setiap
cita-cita mempunyai resiko pahit dan manisnya, maka kita harus berani
menghadapinya.
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|