Hello Katabah!
Hari ini, saya
mempersiapkan pot untuk membuat bonsai Beringin. Dalam bahasa Sunda, Beringin
itu dikenal dengan nama “Caringin”. Jadi, “Pohon Beringin” bahasa Sundanya
adalah “Tangkal Caringin.” Saya pernah membuat bibit bonsai pohon keramat ini.
Sewaktu usia SMA, saya
diajak kakak untuk membuat pembenihan bonsai Beringin. Kakak pulang dari kota
dengan inspirasi duit bonsai, ia dengan semangat menggebu-gebu membuat benih
bonsai bersamaku.
Sayang seribu kali saya,
kakak kembali ke kota. Saya kurang peduli dengan tanaman karena belum butuh
uang saat itu. Beasiswa dari ibu juga sudah cukup, kan saya tidak suka jajan.
He..he..
Walaupun dulu gagal,
sekarang ilmunya akan terpakai kembali. Jika pulang kampung, saya akan memotong
ranting-ranting Beringin yang tidak terlalu jauh dari rumah.
Di kampung kami, pohon
Beringin itu relatif aman dari pencurian. Saya suka bercanda: “Jangan-jangan
pencuri tidak mau pohon Beringin karena takut ada setannya.”
Apalagi Pohon Beringin
yang ada di dekat rumah saya itu letaknya di pemakaman umum dan SMP dekat
pemakaman umum juga. Jadi, aman deh. Kecuali jika saya yang mencurinya. Ha…ha..
Kalau ingat pemakaman
dan SMPN 1 Cisewu itu serasa saya pemiliknya. Kenapa? Karena ketika kecil saya
main bola dan layang-layang di halaman SMP dan SMK (saat ini). Pemakaman juga
tidak asing karena SD saya berdampingan dengannya. Kadang-kadang saya main
layang-layang di bawah pohon Beringan pemakaman itu ketika terik matahari
terlalu panas.
Kembali ke bonsai.
Karena pohon beringin
itu termasuk yang mengandung cukup banyak air, maka kita bisa menanam
rantingnya yang kita potok (setek ya…?).
Memang ada bibit pohon
Beringin kecil, tapi sangat-sangat-sangat jarang sekali ditemukan. Jika ada,
biasanya harus mencarinya di atas pohon yang tumbuh di dekat pohon Beringin
yang sudah berbuah.
Entah kenapa, jarang
menemukan bibit Beringin di tanah. Mungkin susah tumbuh, mungkin juga rawan
“dicuri” para pemburu bonsai. Ha..ha..
Dan jika kita menunggu
Beringin dari kecil yang tangkainya sebesar jarum, entah kapan jadi bonsai
berduitnya. Tetapi, jika rantingnya yang sudah besar dipotong dan langsung
dibuat Bonsai itu tampaknya akan lebih cepat dipanen (dijual).
Bagaimana hasil setek
Beringin saat saya SMA dulu itu?
Sebagian besar mati
karena tidak diurus, tidak pula disiram, hanya dibiarkan di alam terbuka dalam
pot plastik (bekongan plastik). Beberapa sudah ada yang tumbuh berakar, namun
sayang ini juga mati kemudian karena dibiarkan hidup tanpa kasih sayang.
Jadi, jika sekarang saya
memulai lagi membuat bonsai Beringin seperti dulu, maka kemungkinan bisa tumbuh
di pot walaupun tanpa campur tangan ahli. Tinggal nanti mikirnya, setelah
tumbuh, saya harus berpikir membentuknya agar tampak indah seperti layaknya
bonsa-bonsai berkualitas. OK itu dulu…!
Apa pesan penting dari
tulisan ini?
Ah, tidak ada pesan
penting, ini hanya curhat saja. Tapi yang mau mencari benih bonsai Beringin
sendiri (tidak mau beli mahal), maka carilah ke gunung, halaman gedung-gedung
sekolah, halaman gedung pemerintah, atau pemakaman umum. Itu saja…!
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|