Hello Katabah!
Jangan salah memberi
kasih sayang kepada anak! Karena sayang, kita membelikan apapun untuk anak.
Karena cinta, kita tidak tega mengajak anak untuk ikut berpuasa. Akibatnya,
generasi muda saat ini tidak jauh lebih bagus dari generasi orangtua Abah dulu
yang belum mengenal buku catatan, bahkan kadang-kadang terasa lebih amburadul.
Ini mengerikan…!
Seorang ibu yang tidak
lulus SD mampu mendidik anaknya dengan baik. Beliau berhasil mengendalikan
anak-anaknya untuk tidak banyak jajan. Bahkan seringkali, uang jajannya
ditabung untuk membeli buku favorit sang anak.
Begitu pula saat
Ramadhan tiba. Sang ibu dan ayah mengajak anak-anaknya berpuasa, termasuk yang
belum masuk Sekolah Dasar (SD). Tahapan puasa pun diberlakukan sesuai umur.
Anak yang belum masuk
SD, dimulai puasa sampai pukul 10 pagi dulu. Tapi anak tidak dibebaskan untuk
makan sembarangan (jajan). Anak tersebut hanya boleh makan di rumah dan
bersembunyi dari kakak-kakaknya di dapur. Sehingga anak kecil tersebut sangat
malu kalau kelihatan kakak-kakaknya sedang makan.
Setelah lulus puasa
sampai pukul 10, kemudian ditingkatkan lagi sampai pukul 12 (dzuhur). Anak-anak
itu akan hilang rasa laparnya jika diajak main. Kemudian target puasa hingga
pukul 2 sore. Abah dulu suka diajak ayah untuk main layang-layang setelah pukul
2 sore sampai ashar. Padahal ayah seorang guru yang sibuk pula mengelola
beberapa kolam ikan.
Tidak jarang, dari awal
Ramadhan hanya mampu berpuasa hingga pukul 10, menjelang hari ke-3 Ramadhan
bisa full sampai Maghrib. Yang jelas, di keluarga Abah, anak-anak sudah tamat
puasa sampai Magrib walaupun usianya belum masuk SD (7 tahun).
Yang berbeda dengan
keluarga lain adalah setelah anak makan pukul 10, maka Abah diharuskan puasa
lagi sampai dzuhur atau pukul 2 sore. Setelah makan pada pukul 2 sore, maka
Abah harus puasa lagi sampai Maghrib. Inilah yang berbeda dengan pendidikan di
keluarga lain.
Tidak jarang pula Abah
memperhatikan pendidikan puasa di keluarga lain. Ketika anak sudah berbuka
puasa pada pukul 10 pagi, maka ia dibolehkan seenaknya makan dan minum setelah
pukul 10 pagi. Jadi, pukul 11, 12 dan seterusnya sampai Maghrib, anak-anak
bebas makan dan minum. Ini yang berbeda dengan keluarga Abah.
Yang tidak kalah
menariknya, Abah belum pernah melihat ibu makan di siang hari pada bulan
Ramadhan. Setelah dewasa, Abah bertanya ke ibu, kapan ia membatalkan puasa saat
haid? Ternyata, ibu hanya membatalkan puasa dengan minum saja ketika anak-anak
sedang bermain ke luar rumah. Kadang makan sedikit saja yang penting batal dan
tidak mengganggu kesehatan. Jadi, walaupun sedang haid, ibu suka ikut sahur
juga. Dari mana Abah bisa tahu? Karena setiap sahur, ibu pasti ikut sahur. Menurut
Abah, ini pendidikan yang sangat baik.
Namun apa yang terjadi
di luar rumah. Ternyata, tidak sedikit anak-anak yang berani makan atau jajan
di depan umum. Bahkan ibu-ibu berani-beraninya menyuapi anak balita di depan
anak-anak kecil yang sedang berpuasa. Menurut Abah, ini pendidikan yang tidak
baik.
Kalau ingin menyuapi
balita yang belum mampu berpuasa, ya di dapur saja. Kenapa harus sambil main
sepeda? Bukankah di bulan-bulan biasa juga akan lebih baik menyuruh anak makan
sambil duduk rapi? Ini yang sering dilupakan ibu-ibu pemanja anak saat ini.
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|