Hello Katabah!
Ada yang bercerita bahwa
orang Indonesia pindah ke Norwegia. Saking cintanya pada labu siam (Sunda:
waluh), ia membeli buahnya dari supermarket di Norwegia.
Di sana, labu siam
merupakan barang impor dari Thailand. Karena biasa mengkonsumsi buah labu siam
dan pucuknya, ia pun menanam buahnya di halaman rumah karena di supermarket
hanya dijual buahnya.
Ternyata, orang luar Jawa
sudah mengenal kuliner buah dan pucuk labu siam. Saya kira hanya orang Cisewu
Garut yang tahu bahwa pucuk labu siam itu lezat sekali. He..he..
Karena sensasi kelezatan
itulah, Abah menanam labu siam di pekarangan rumah. Dulu, di postingan lain,
Abah pernah berencana menanam labu siam dengan metode vertikal. Nah,
sekaranglah action-nya!
Sekarang, Abah sudah
mempunyai lebih dari 15 bibit labu siam yang sudah bertunas dan sudah ada dua
bibit yang sudah ditanam di area terbuka yang terkena langsung sinar matahari.
Semoga 3 bulan kemudian, Abah sudah bisa panen dari kebun sendiri walaupun
ukuran kebunnya sangat mungil.
Oh iya, tidak lupa juga
Abah membeli dua ikat bambu. Harganya Rp 75.000 per ikat. Bambu tersebut biasa
dikenal oleh orang Sunda dengan istilah “awi tali” (bambu tali).
Satu ikat bambu yang
agak besar berjumlah 3 batang (Sunda: leunjeur). Satu ikat lagi bambu yang agak
kecil-kecil berjumlah 4 batang.
Abah juga sedang
menimbang-nimbang untuk membeli bambu besar. Di Cisewu Garut, sebagai orang
Sunda, Abah biasa menyebut bambu besar itu dengan istilah “awi gombong”. Awi
artinya “bambu”.
Tapi harganya itu cukup
mahal juga, yakni Rp 90.000 per batang dengan panjang 10 meter.
Melihat harganya memang
cukup mahal juga karena tidak mungkin cukup membeli satu batang. Tapi daya
tahan bambu itu bisa tahunan, mungkin 3 tahun mampu bertahan di bawah terik
matahari dan terpaan hujan.
Awi gombong ini akan
menjadi penting jika Abah ingin menambah ketinggian para-para vertikalnya
setinggi rumah bertingkat dua. Buat apa tinggi-tinggi amat, bukankah cukup
setinggi 2 meter saja? Ah, namanya juga iseng, ya boleh-boleh saja
bereksperimen semaunya ya.. He..he..
Satu lagi, Abah masih
mengandalkan bercocok tanam labu siam dalam polybag. Kenapa? Karena lahannya
sempit sehingga polybag lebih mudah dipindah-pindah untuk menemukan area yang
paling tepat.
Baca juga:
"Investasi Emas dan Reksadana, Untung Mana?."
|
Youtube: Katabah Com: Menuju 1 jt Konten :) |
|
No comments:
Post a Comment