Pantas saja harga buah lada itu mahal sekali, Rp 170.000/kg. Kenapa? Karena riskan mati.
Beda bibit, beda wilayah asal, beda pula perlakuan.
Berikut ini kegagalan Abah yang menyebabkan bibit lada mati:
1. Stek di bawa ke luar kabupaten
Stek dipotong menjelang maghrib dan sebagian lagi dipotong pagi hari. Dibawa dari Cisewu Garut ke Bandung, langsung tanam sore hari. Hasilnya, mati.
Abah bawa lebih dari 5 stek. Hampir semua mati, kecuali 3 stek lagi masih hijau walaupun belum berdaun. Semoga bisa tumbuh hingga panen raya. Hehe
2. Cabut akar
Abah mendapatkan bonus lada panjat dari Ciamis 11 tangkai. Sayangnya, cabut akar.
Pengiriman dilakukan dini hari. Tiba di Bandung pukul 4.30an WIB. Pagi itu juga segera ditanam dipolybag besar yang sudah disiapkan seminggu sebelumnya. Sekarang, yang hidup hanya 4 tangkai. Semoga ini juga tidak mati.
Dengan melihat dua kegagalan di atas, Abah bersikukuh untuk menggunakan bibit yang tertancap pada polybag. Prinsip ini mungkin akan berubah di kemudian hari bila sudah tahu cara tepat menanam lada cabut akar atau stek yang langsung dipotong dari pohon.
Dengan demikian, perlakuan pada bibit lada dalam polybag juga harus ekstra hati-hati agar tanah polybag tidak pecah.
Nanti, Abah akan bercerita pula cara memindahkan bibit lada dari polybag kecil ke polybag besar atau pot. Inti ceritanya, kita harus sangat hati-hati, lembut dan sabar menyobek plastik polybag agar tanah polybag utuh.
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment