Abah persembahkan cerita fiksi dari hati yang paling dalam. Hehe
Lepas dari kepadatan kota disertai banjir di beberapa ruas jalan, sepeda motor Udin terhenti karena ada perbaikan jalan Majalaya-Dangdeur.
Buka tutup jalan membuat pengendara mobil harus menunggu selama lebih dari 30 menit. Mobilnya tak bisa bergerak maju.
Atas saran pengendara mobil, Udin memutar balik lagi sepeda motornya menuju jalan alternatif Sungai Citarik.
Sungai ini terkenal suka meluap saat hujan deras sehingga melumpuhkan arus lalu lintas Parakanmuncang-Cicalengka, Bandung.
Tapi saat tidak banjir, pemandangan hilirnya membuat jantung Udin sering berdetak kencang, dagdigdug terasa dunia milik berdua.
Udin membonceng gadis cantik yang baru dijemput dari kota. Hilir sungai Citarik yang sudah mengalami pelebaran diapit jalan mulus kiri dan kanan.
Jalan beton lurus dihiasi pepohonan dan rumah penduduk yang masih jarang, terbentang sepanjang jalan kenangan.
"Ngantuk enggak, Neng?" Sesekali Udin membuka cerita.
"Enggak, Mas," kata Santi.
"Takut enggak dibonceng ke jalan sepi gini, Neng?"
"Takut apa gitu?"
"Takut dibawa kabur sama tukang ojeknya. Haha..." canda Udin.
"Enggak, Maaas." Suara Santi terdengar manis di kuping kiri.
Obrolan terus mengalir laksana arus Citarik yang bergerak tenang. Udin berkali-kali menoleh ke kiri agar obrolannya terdengar jelas dari belakang. Berkali-kali juga wajah Santi mendekat pipi kiri Udin agar pembicaraan Udin terdengar lebih jelas.
"Duuuh, suara lembutnya, wangi parfumnya dan kehangatannya tak mungkin hilang walau didera derasnya air Citarik."
Udin sedikit lemas saat sepeda motor sudah sampai rumah Neng Santi.
"Masuk dulu, Mas!" Kata Santi tersenyum manis.
"Duuuh, maniiiis...."
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via WA, DM IG, Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment