Awal bergabung menjadi kepala lab. komputer, saya baru tahu bahwa penggunaan web kampus itu tidak selalu berjalan baik. Salah satunya, kampus berbasis Teknologi Informasi di Bandung belum menggunakan web untuk menunjang berbagai pelayanan akademis, selain hanya web utama yang berisi profil kampus dan berita yang tak pernah update. Ini terjadi bukan hanya di satu kampus.
Sebelum Covid-19 datang, kontrak kredit dan perwalian mahasiswa harus datang langsung ke kampus. Mulai muncul pertanyaan dari beberapa dosen, kenapa kontrak kredit tidak online. Ada pengelola kampus yang menanyakan kepada saya apakah kampus bisa perwalian online karena kampus sudah punya web SIAKAD.
Saya cek-cek SIAKAD-nya. Ternyata masih ada beberapa yang error. Lihat panduan, gak cukup. Kebetulan ada yang pernah jadi staf operator SIAKAD. Saya minta ia menjelaskan aktivitas di SIAKAD-nya sebelum SIAKAD ditinggalkan.
Bermodal dari cerita staf, saya agak bisa memahami alur penggunaan SIAKAD sesuai aktivitas kampus. Saya aktifkan. Muncul error sana-sini, tapi tetap perwalian bisa berjalan.
Sekitar tiga tahun kemudian SIAKAD berjalan dengan beberapa keluhan error dan tidak lengkap. Saya kira memang itu penyebab utama SIAKAD tidak digunakan.
Menginjak tahun keempat, saya mengisi peran Kaprodi karena pejabatnya mengundurkan diri keluar kampus. Web berjalan hampir dua semester. Kendala mulai terasa menghambat berbagai aktivitas prodi, antara lain layanan nilai lambat sekali. Setelah saya mendengar beberapa pengelola kampus, ternyata input nilai tidak dilakukan di SIAKAD dengan optimal dengan alasan belum ada fitur ini dan itu.
Mahasiswa terus saya support agar sadar meminta transkrip tiap semester, sementara staf nilai masih lambat sekali mengeluarkan nilai karena berbagai alasan, SIAKAD tidak support nilai, file error kena virus, dll. Saya penasaran mulai login semua akun yang ada kaitannya dengan nilai.
Ternyata dugaan sementara kendala paling utama bukan di SIAKAD tapi mindset pengguna yang kurang bagus, cenderung tidak mau menggunakan SIAKAD karena fitur yang diinginkannya belum ada, tidak rajin mengingatkan dosen untuk input nilai di SIAKAD mungkin karena enggan/malu.
Cerita di atas semakin menguatkan bahwa suksesnya penggunaan SIAKAD bisa saja kampus IT kalah telak dari kampus agama yang tidak punya prodi IT. Kenapa? Mungkin karena kampus IT punya banyak staf atau pegawai yang tahu banyak fitur web, tapi dia sendiri tidak bisa atau enggan membuatnya karena berbagai alasan. Alhasil, menggunakan SIAKAD yang jelek tidak mau, membuat SIAKAD yang bagus tidak mau. Lebih parahnya, pelayanan manual jadi malas karena sudah tahu kemudahan pelayanan berbasis IT. Waduh..😁
Jadi, dahulukan mental SDM daripada sekedar ribut menunggu pengadaan aplikasi.
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via WA, DM IG, Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment