Setelah membaca beberapa negara melarang anak-anak belajar dari gadget, saya memutuskan untuk membuat Ruang Digital di rumahku yang kecil mungil.
Yang berbeda dari ruang digital ini justru menghadirkan buku-buku cetak sebagai penyeimbang inspirasi anak di tengah kemudahan akses laptop dan HP (membangun aura buku).
Jadi, saat masuk rumah atau selama di rumah, putraku lebih banyak atau lebih sering melihat buku cetak.
Sedangkan e-book atau gadget digunakan pada saat anak ingin memperdalam suatu ilmu atau bacaan yang belum tersedia dalam versi cetak.
Tentu saja, laptop dan HP masih penting untuk anak saat ini. Akan tetapi, tetap harus dibatasi apalagi untuk anak Balita.
Inilah digitalisasi yang manusiawi, sebuah digitalisasi yang tidak mengorbankan mental anak demi sebuah trend Teknologi Informasi (IT). Kalau tidak mau dikatakan, dijajah dengan medsos yang terlalu banyak sampah di samping kecepatan informasi.
Sumber gambar: Google
Rumah kecilku insyaallah akan dipenuhi buku-buku tebal dengan topik antara lain Quran, komputer, filsafat, pendidikan, dll.
Gusdur saat usia SD sudah banyak membaca buku-buku tebal, termasuk karya Karl Marx. Sebuah pemikiran kritis terhadap ekonomi kapitalis. Beliau juga suka membaca filsafat Plato, seorang filsuf Yunani yang sangat terkenal di dunia.
Buku yang sudah ada akan mulai ditata lagi sedikit demi sedikit untuk mengenalkan kepada Balita bahwa orang-orang jaman dulu suka membaca dan berpikir hebat-hebat, tak kalah dengan kehebatan jaman digital.
Oleh karena itu, generasi digital harus lebih hebat karena media referensi jauh lebih murah dan cepat diakses.
Sang pendiri Microsoft yang terkenal kekayaannya dari komputer, Bill Gates saja masih cerita buku-buku yang suka dibacanya hingga Desember 2024, kenapa kita tidak?😊
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
No comments:
Post a Comment