Khawatir teman-teman pembaca mendengar bahwa ngoding atau pemrograman itu susah, tidak sepenuhnya benar.
Kenapa tidak sepenuhnya benar? Karena tingkat penguasaan ngoding boleh berbeda-beda. Ada mahasiswa yang belajar ngoding agar jago programmer, ada juga yang ngoding hanya sebagai pelengkap untuk jadi analis sistem.
Bagi yang gak suka teknis sehingga masih belum yakin memperdalam ngoding, saya buatkan perumpaan ya.
Ngoding itu seperti memasang ban sepeda motor. Anggap saja kita tidak pernah bongkar ban motor, kemudian diajari. Tak perlu waktu lama, kita bisa bongkar dan pasang sendiri asal fokus belajar itu.
Apakah kita akan bisa bongkar dan pasang spare part lain? Gak bisa karena tidak belajar. Masalah tidak? Gak akan masalah kalau kita profesinya ingin jadi bongkar dan pasang ban saja seperti tukang tambal ban. Peluang ngoding mirip ini bisa sejajar manager.
Perumpamaan lain, ngoding itu seperti memasang mie rebus. Awalnya, kita gak bisa masak mie rebus, dilatih sebentar. Setelah itu, kita bisa masak mie rebus. Bahkan kita bisa jualan mie rebus.
Kenapa bisa masak mie rebus? Karena kita mengulang beberapa kali memasak mie rebus. Apakah kita serba jago memasak menu lain? Belum tentu bisa. Begitu juga ngoding, kalau terus dilatih, insyaallah bisa.
Yang ngaku gak bisa biasanya dia tidak berlatih selain mengerjakan tugas. Bahkan bisa jadi, mereka meminta orang lain untuk mengerjakan tugasnya.
Kalau kemampuan ngoding mahasiswa berbeda-beda, saya setuju. Akan tetapi, itu tidak masalah karena lulusan jurusan Sistem Informasi bukan hanya harus bisa ngoding, tapi analisis Sistem Informasi, manajemen Sistem Informasi, Sistem Informasi untuk bisnis, atau pekerjaan lain masih terbuka luas. Bahkan peluang gajinya juga relatif sama.